Alhamdulillah kita dipertemukan kembali dengan Ramadhan mulia. Bulan penuh berkah dan ladang pahala. Ramadhan kali ini, di Indonesia terdapat perbedaan. Namun demikan, perbedaan itu bukanlah sebuah hal yang harus dipertentangkan. Sebaliknya, dari perbedaan ini kita harus saling menghormati, saling menghargai, dan menjaga kerukunan.
Lantas kapan permulaan ramadhan 1445 H atau 2024 Masehi berdasar hasil sidang istbat Kementerian Agama Republik Indonesia?
Kapan Puasa Ramadhan 2024?
Ramadhan adalah sebuah bulan yang berisi banyak keutamaan di dalamnya. Hasil sidang istbat Kementerian Agama Republik Indonesia yang diselenggarakan pada 10 Maret 2024, menetapkan 1 Ramadhan pada 12 Maret 2024.
Hal ini sebagaimana disampaikan Menteri Agama Republik Indonesia periode 2020-2024, H.Yaqut Cholil Qoumas.
Jadi mulai Senin Malam kita sudah mulai mengisi malam pertama di bulan ramadhan dengan Shalat tarawih, dan tadarus bersama.
Menyambut Ramadhan dengan Gembira
Bulan mulia yang sangat dinanti oleh setiap insan. Betapa agungnya bulan ini, hingga sejak jauh-jauh hari sebelum ramadhan tiba kita banyak melangitkan doa. Salah satu doa yang masyhur adalah doa agar dipertemukan dengan ramadhan.
Doa ini adalah doa yang juga dibaca oleh Rasulullah Saw, yaitu
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: "Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya'ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan."
Sungguh sejak tiba bulan Rajab kita sudah membasahi lisan kita dengan pengharapan penuh agar diberikan keberkahan di bulan itu dan bulan selanjutnya, yaitu Sya’ban, hingga pengharapan mendalam agar disampaikan, dipertemukan, dan diberikan kesempatan menikmati ibadah di waktu-waktu pada bulan Ramadhan.
Lantas bagaimana cara kita menyambut ramadhan? Sudah sepatutnya kita menyambutnya dengan penuh bahagia. Siapa yang menyambut ramadhan dengan bahagia, maka orang itu akan mendapatkan keistimewaan sebagaimana disebutkan
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
Artinya: Siapa bergembira dengan masuk bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.”
Sungguh betapa mulianya islam, betapa Pemurahnya Allah kepada umat Nabi Muhammad Saw. Sudah sepatutnya kita bersyukur kepada Allah atas kesempatan ini.
Sayyidil Habib Umar bin Hafidz, bertanya bagaimana kita menyambut ramadhan, apa persiapan kita. Ada pertanyaan yang begitu mengena disampaikan oleh beliau. Ini bukanlah pertanyaan, namun sebuah nasihat dan petunjuk untuk mengembalikan kita kepada jalan bagaimana seharusnya menyambut ramadhan dan mengisinya.
“Apakah ramadhan tentang mengisi perut atau tentang membersihkan hati? Apakah ramadhan tentang makanan atau tentang mendekatkan diri kepada Allah?” Habib Umar bin Hafidz.
Dalam salah satu video singkat, Habib Umar bin Hafidz memberikan contoh bagaimana kondisi orang-orang saat ini dalam menjalani ramadhan.
Kata beliau, “Dahulu, saat kami masih kecil, kami melihat kegembiraan setiap orang dalam menyambut bulan Ramadhan. Bahkan anak-anak terlihat begitu bersemangat menyambutnya. Sebuah waktu, di mana saat Ramadhan semakin dekat, yang ada suasananya benar-benar berbeda."
Namun saat ini kondisi itu sudah berubah, banyak orang yang masuk dalam orang yang tertipu diri. Katanya menyambut ramadhan, tapi persiapannya bukan untuk ibadah. Persiapannya lebih pada bagaimana agar buka puasa berkesan, persiapannya seputar kuliner apa yang akan digunakan untuk sajian berbuka, dan lainnya.
Sungguh sebuah kondisi yang bertolak belakang antara orang-orang terdahulu dan orang-orang saat ini. Lantas bagaimana cara persiapan ramadhan?
Begilah cara mereka menyambut dan mengisi ramadhan
Al Habib Umar bin Hafidz memberikan kepada kita semua bagaima cara sahabat dalam menyambut dan mengisi Ramadhan.
Para Sahabat, saat tiba bulan Ramadhan, memulai malam dengan sholat dari permulaan malam hingga tiba waktu sahur sebelum sholat fajar.
Kondisi saat ini jauh berbeda, banyak dari orang-orang yang mengeluh saat imam memanjangkan sholat. Saat mereka menonton TV atau asik dengan ponsel, tidak sedikit pun mengeluh.
Sungguh sebuah kondisi yang jauh dari mengisi ramadhan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan bagi diri, Hati macam apa yang banyak mengeluh seperti itu, dan iman seperti apa yang ada pada diri kita saat seperti itu?
Marilah manfaatkan ramadhan dengan semakin memperbanyak ibadah kepada Allah sebagai upaya mendekatkan diri kepadanya. Memperbanyak kebaikan di siang dan malamnya. Meninggalkan hal-hal yang tidak memberikan manfaat dalam mendukung diri menjadi semakin dekat dengan Ilahi Robbi.
Kesimpulan
Bulan ramadhan sebagai bulan mulia sudah sepatutnyalah kita mengisinya dengan cara yang sudah dicontohkan para kekasih Allah. Mengisi siang dan malamnya dengan ibadah kepada Allah Swt.
Post a Comment
Post a Comment