Konten [Tampil]
Gambar: Tangkapan layar channel Kampung Lali Gadget |
Hasil survei KPAI menunjukkan bahwa 79% anak diizinkan menggunakan gadget selain untuk belajar, 71,3% anak memiliki gadget sendiri, dan 79% anak tidak memiliki aturan penggunaan gadget dengan orang tua. Ini bukan sekedar angka, tapi sesuatu yang perlu mendapatkan penyikapan semua orang.
Lebih lanjut, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto (2018) menyampaikan bahwa anak kecanduan gawai menjadi tantangan serius. Hanya saja, tidak semua orangtua mengetahui bahwa anaknya terindikasi kecanduan gawai.
Berawal dari kekhawatiran terhadap kondisi masyarakat khususnya anak-anak yang semakin lekat dengan gadget, Selain itu, Irfandi juga mendapati anak-anak lebih suka menggenggam HP. Alasannya selain belajar, yang jug abanyak ditemukan adalah bermain permainan. Irfandi pun tergerak melakukan sesuatu untuk daerahnya.
Pemuda kelahiran 1993 ini berpikir apa yang bisa dilakukan agar bisa mengurangi dampak gadget pada anak sekaligus menjaga budaya negeri yang semakin terkikis oleh gadget. Dia ingin di era teknologi ini mereka tetap kenal denga teknologi, namun bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak. Untuk ini diperlukan solusi nyata, bukan hanya angan. Jadilah kemudian apa yang disebut Kampung Lali Gadget.
Irfandi dan Gagasan Kampung Lali Gadget
Siang itu, Irfandi yang berpakaian hitam dan mengenakan udeng mengungkapkan bahwa diperlukan tindakan nyata untuk mengatasi dampak gadget yang bisa menyebabkan kecanduan. Untuk itu pemuda kelahiran Sidoarjo ini kemudian berusaha merealisasikan gagasan yang dimilikinya.
Tujuannya adalah menjadi pemantik bagi orang-orang sekitar agar bisa memiliki kesadaran bersama akan dampak gadget bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
“Anak-anak sekarang lebih suka main gadget. Kita tidak boleh menyalahkan anak-anak karena mereka main itu. Karena tidak ada yang mengenalkan, tidak ada yang mengajak. Ya ini kesalahan kita bersama ya untuk suatu keresahan yang harus kita sikapi sama-sama untuk kita bagkitkan lagi permain tradisional ini" ujar Irfandi santai, namun serius dengan harapan tersirat di wajahnya.
Dia sadar, kalau hal besar ini tidak akan bisa dilakukan olehnya sendiri. Dia harus mengajak orang lain agar tujuan bisa dicapai dengan lebih cepat.
Di usianya ke 25 tahun waktu itu, tepatnya tahun 2018, dia melakukan pendekatan ke beberapa pemuda yang ada di desanya. Menggunakan media sosial, dia berusaha menjangkau generasi muda yang bisa diajak untuk berbubah dan berkontribusi bagi desanya. Hingga terbentuklah Wonoayu Kreatif dengan Kampung Lali Gadget, tepatnya pada Bulan April 2018.
Geliat Budaya di Tengah Gempuran Gadget
Kampung Lali Gadget tidak hanya hadir untuk menangkal dampak negatif dari penggunaan gadget secara terus menerus. KEhadirannya juga untuk mengenalkan budaya negeri yang semakin terkikis keberadaannya. Salah satunya adalah melalui media permainan tradisional.Pagi itu, Irfandi terlihat begitu bersemangat menemani anak-anak yang datang ke Kampung Lali Gadget untuk bermain bersama. Kali ini Irfandi akan mengajari mereka berkreasi dengan pohon pisang.
Sebelum memulai kegiatan berkreasi dengan pohon pisang, Irfandi yang mengenakan Jeans warna biru dan atasan berwarna hitam, mengajak anak-anak mendekati pohon pisang yang ada di area Kampung Lali Gadget. Mereka terlihat antusias. Mengerumuni Irfandi, bersama yang mendekati pohon pisang.
Mereka menyaksikan dan menyimak dengan antusias saat Irfandi mengenalkan kepada anak bagian-bagian pohon pisang dengan penuh semangat. Dimulai dari bagian atas hingga bagian bawah pohon pisang. Irfandi juga memberikan edukasi kepada mereka tentang kegunaan pohon pisang. Selain bisa dinimati buahnya, pohonnya juga bisa digunakan untuk kreasi. Sedangkan daunnya bisa untuk pembungkus makanan.
Pemuda dengan perawakan tinggi ini pun mengajak anak-anak mendekati sebuah meja bambu (amben) yang di atasnya sudah terdapat beberapa bagian pohon pisang. Mereka akan kali ini akan diajarkan membuat mainan tradisional berbahan pohon pisang.
Konsep memberikan edukasi sambil bermain dan berkreasi, merupakan sebuah konsep yang ditawarkan oleh Kampun Lali Gadget sebagai upaya Digital Detox (mengatasi kecanduan gadget) pada anak-anak.
“Konsep Kampung Lali Gadget, upaya Digital Detox, mengurangi kecanduan gadget pada anak-anak. Maka untuk mengurangi kecanduan pada anak-anak, kita harus membuat sesuatu yang lebih asik bagi mereka,” ujar alumnus Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya di sela-sela menemani anak-anak bermain dan berkreasi.
Di depan anak-anak, Irfandi memberikan tutorial membuat kreasi mainana dari pohon pisang. Mulai membuat mobil-mobilan dari pelepah pohon pisang dengan roda dari bagian tengah pohon pisang. Anak laki-laki diajak membuat senapan mainan dari pelepah daun pisang. Terlihat anak-anak bertepuk tangan saat melihat hasil karya yang ditunjukkan oleh Irfandi, sebelum akhirnya mereka juga mencoba membuat kreasi dari pohon pisang.
Tidak hanya asik berkreasi membuat mainan, anak-anak perempuan juga asik sedang bermain jualan dengan menggunakan bagian-bagian pohon pisang sesuai dengan imaginasi mereka.
Di sudut lain Kampung Lali Gadget, di bawah pepohonan rindang terlihat beberapa anak memanfaatkan daun pisang untuk membuat kerajinan. Didampingi tim Kampung lali Gadget, mereka terlihat asik menggerakkan jari jemari menganyam dengan daun pohon pisang.
Gambar: Instagram Kampung Lali Gadget |
Salah satu peserta yang juga terlihat asik sedang berkreasi adalah Kinara. Dia berkreasi membuat boneka dari beberap abagian pohon pisang. Dia terlihat antusian dan begitu menikmati prosesnya. Apalagi setelah boneka yang dibuatnya selesai. Dia terlihat begitu senang.
Tidak hanya berkreasi dan bermain, melalui permainnan tradisional yang ada di Kampung lali Gadget, Irfandi juga menanamkan kepada mereka untuk bisa menjaga dan menghargai mainan yang dimiliki. Selain itu, Irfandi juga mengajarkan anak untuk bisa berinteraksi satu sama lain melalui permainan yang dimainkan.
Selain mengenalkan permain tradisional, Irfandi juga mengenalkan budaya-budaya yang ada di negeri ini. Misal dnegan mengenalkan wayang, dan menghadirkan saung-saung untuk edukasi anak-anak serta penanaman nilai-nilai Pancasila.
Keberadaan Kampung Lali Gadget ini pada akhirnya mendapatkan sambutan positif dari banyak orang tua. Kini Kampung Lali Gadget tidak hanya dikenal oleh masayarakat Sidoarjo, namun juga banyak dari luar Sidoarjo yang datang untuk mengikuti event yang disleenggarakan oleh Kampung Lali Gadget.
Melalui Kampung Lali Gadget ini Irfandi berharap dapat menjadi sahabat bagi anak-anak menjadi lebih aktif dan kreatif. Ia ingin anak-anak dapat menikmati masa kecil mereka dengan cara yang sehat dan menyenangkan.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, Irfandi melihat bahwa anak-anak semakin terpaku pada gadget. Ia khawatir bahwa hal ini akan berdampak buruk bagi perkembangan anak-anak. Hingga pada April 2018, dicetuskanlah Kampung Lali Gadget. Ia ingin membuat gerakan untuk menangkal kecanduan gadget pada anak-anak.
Tantangan bear yang dihadapi oleh Irfandi adalah untuk meyakinkan masyarakat sekitar tentang dampak gadget bagi anak-anak. Dia pun berusaha meyakinkan warga-warga di sekitar mulai dari orag tua hingga anak-anak dengan gagasan yang ditawarkannya. Berkat kerja keras dan kegigihannya, pada akhirnya Irfandi mendapatkan dukungan dari warga
Dia pun berusaha untuk terus mengembangkan potensi masyarakat dan potensi sekitar. Bersama tim Irfandi terus berinovasi membuat program-progam dan agenda yang mampu menarik minat masyarakat untuk datang ke Kampung Lali Gadget, seperti bermain tradisional, berkebun, dan membuat kerajinan tangan.
Irfandi bersyukur atas dukungan yang diberikan oleh masyarakat. Dia berharap bahwa Kampung Lali Gadget dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah kecanduan gadget pada anak-anak. Terlebih dalam setiap kegiatan yang diadakan, ratusan orang hadir untuk mengikutinya. Tentu ini merupakan sebuah sinyal positif dan dukungan masyarakat terhadap gagasan yang diangkat oleh Irfandi.
Dia menjadikan anak-anak sebagai fokus tujuan, karena mereka memang masih mudah untuk dibentuk. Mereka masih memiliki peluang untuk dijadikan generasi yang berprestasi.
“Tujuan utama dari program ini (Kampung Lali Gadget) adalah anak-anak. Yang paling utaa ingin dicapai adalah anak-anak. Kenapa anak-anak? Ya anak-anak ini yang mewariskan. Jiwanya masih suci, jiwanya masih belum terkontaminasi banyak hal,” ucap Irfandi penuh semangat di tengah kesibukannya menemani anak-anak bermain di antara teduhnya pepohonan.
Irfandi lebih lanjut mengungkapkan begitu buruknya dampak negatif gadget pada anak jika tidak segera disadari oleh orang tua. Seperti dialami oleh Siti Harnanik, salah satu orang tua yang memiliki pengalaman buruk dari dampak gadget pada anaknya.
“Padahal sudah masuk sekolah, Mas. Satu minggu masuk sekolah, tidak masuk sama sekali. Mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi HP yang dipegang, game terus, itu yang dilakukan,” terang Siti Harnanik yang merasakan dampak kehadiran Kampung Lali Gadget.
Lebih lanjut, Siti Harnanik menjelaskan kalau anaknya cenderung pemarah ketika sering berinteraksi dengan gadget. Tidak hanya itu, bahkan selama 3 tahun, anaknya tidak mau sekolah.
Kehadiran Irfandi dengan Kampung Lali Gadget yang kaya akan permainan tradisional dan kaya akan karya ternyata bisa menjadi solusi. Selain menjadikan anak lepas dari gadget, anak jadi kenal dengan berbagai aktivitas yang biasa dilakukan anak zaman dahulu. ANak juga mengenal permainan-permainan tradisional.
Tidak hanya berkreasi dan bermain, melalui permainnan tradisional yang ada di Kampung lali Gadget, Irfandi juga menanamkan kepada mereka untuk bisa menjaga dan menghargai mainan yang dimiliki. Selain itu, Irfandi juga mengajarkan anak untuk bisa berinteraksi satu sama lain melalui permainan yang dimainkan.
Selain mengenalkan permain tradisional, Irfandi juga mengenalkan budaya-budaya yang ada di negeri ini. Misal dnegan mengenalkan wayang, dan menghadirkan saung-saung untuk edukasi anak-anak serta penanaman nilai-nilai Pancasila.
Keberadaan Kampung Lali Gadget ini pada akhirnya mendapatkan sambutan positif dari banyak orang tua. Kini Kampung Lali Gadget tidak hanya dikenal oleh masayarakat Sidoarjo, namun juga banyak dari luar Sidoarjo yang datang untuk mengikuti event yang disleenggarakan oleh Kampung Lali Gadget.
Melalui Kampung Lali Gadget ini Irfandi berharap dapat menjadi sahabat bagi anak-anak menjadi lebih aktif dan kreatif. Ia ingin anak-anak dapat menikmati masa kecil mereka dengan cara yang sehat dan menyenangkan.
Kisah Irfandi dan Kampung Lali Gadget
Irfandi lahir di Sidoarjo pada tahun 1993. Tumbuh di lingkungan yang sederhana. Sejak kecil, Irfandi sudah menyukai bermain di luar rumah. Ia sering bermain sbersama teman-temannya di gang-gang kecil.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, Irfandi melihat bahwa anak-anak semakin terpaku pada gadget. Ia khawatir bahwa hal ini akan berdampak buruk bagi perkembangan anak-anak. Hingga pada April 2018, dicetuskanlah Kampung Lali Gadget. Ia ingin membuat gerakan untuk menangkal kecanduan gadget pada anak-anak.
Tantangan bear yang dihadapi oleh Irfandi adalah untuk meyakinkan masyarakat sekitar tentang dampak gadget bagi anak-anak. Dia pun berusaha meyakinkan warga-warga di sekitar mulai dari orag tua hingga anak-anak dengan gagasan yang ditawarkannya. Berkat kerja keras dan kegigihannya, pada akhirnya Irfandi mendapatkan dukungan dari warga
Dia pun berusaha untuk terus mengembangkan potensi masyarakat dan potensi sekitar. Bersama tim Irfandi terus berinovasi membuat program-progam dan agenda yang mampu menarik minat masyarakat untuk datang ke Kampung Lali Gadget, seperti bermain tradisional, berkebun, dan membuat kerajinan tangan.
Irfandi bersyukur atas dukungan yang diberikan oleh masyarakat. Dia berharap bahwa Kampung Lali Gadget dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah kecanduan gadget pada anak-anak. Terlebih dalam setiap kegiatan yang diadakan, ratusan orang hadir untuk mengikutinya. Tentu ini merupakan sebuah sinyal positif dan dukungan masyarakat terhadap gagasan yang diangkat oleh Irfandi.
Jaga Karya Cegah Kecanduan Gadget
Sebagai pemuda yang memiliki perhatian pada kelangsungan negeri ini, Irfandi terus berusaha berinovasi melalui Kampung Lali Gadget yang didirikannya. Dia melihat peluang besar untuk melakukan upaya penyadaran akan dampak negatif dari gadget bagi anak-anak. Salah satunya dengan mengajak mereka bermain dan berkarya. Melalui karya dia juga berusaha mengajak anak untuk tidak berlama-lama dengan gadget.Dia menjadikan anak-anak sebagai fokus tujuan, karena mereka memang masih mudah untuk dibentuk. Mereka masih memiliki peluang untuk dijadikan generasi yang berprestasi.
“Tujuan utama dari program ini (Kampung Lali Gadget) adalah anak-anak. Yang paling utaa ingin dicapai adalah anak-anak. Kenapa anak-anak? Ya anak-anak ini yang mewariskan. Jiwanya masih suci, jiwanya masih belum terkontaminasi banyak hal,” ucap Irfandi penuh semangat di tengah kesibukannya menemani anak-anak bermain di antara teduhnya pepohonan.
Irfandi lebih lanjut mengungkapkan begitu buruknya dampak negatif gadget pada anak jika tidak segera disadari oleh orang tua. Seperti dialami oleh Siti Harnanik, salah satu orang tua yang memiliki pengalaman buruk dari dampak gadget pada anaknya.
“Padahal sudah masuk sekolah, Mas. Satu minggu masuk sekolah, tidak masuk sama sekali. Mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi HP yang dipegang, game terus, itu yang dilakukan,” terang Siti Harnanik yang merasakan dampak kehadiran Kampung Lali Gadget.
Lebih lanjut, Siti Harnanik menjelaskan kalau anaknya cenderung pemarah ketika sering berinteraksi dengan gadget. Tidak hanya itu, bahkan selama 3 tahun, anaknya tidak mau sekolah.
Kehadiran Irfandi dengan Kampung Lali Gadget yang kaya akan permainan tradisional dan kaya akan karya ternyata bisa menjadi solusi. Selain menjadikan anak lepas dari gadget, anak jadi kenal dengan berbagai aktivitas yang biasa dilakukan anak zaman dahulu. ANak juga mengenal permainan-permainan tradisional.
Gambar: Tangkapan layar channel Kampung Lali Gadget |
Mereka terlihat berlarian, saling berkejaran. Senyum lepas dan bahagia terlhat di wajah mereka. Ada juga di sudut lain yang sedang mengamati tanaman, dan menggunakan bagian tanaman untuk menjadi alat bermain.
Uniknya di Kampung lali Gadget, anak-anak akan dengan sukarela melepaskan gadget dan menitipkannya kepada relawan KLG yang bertugas. Setiap anak-anak berkunjung, mereka yang membawa HP akan diarahkan mengumpulkan HP dan memberikan identitas pada bagian belakang HP dengan menuliskan sendiri nama mereka.
Seperti dilakukan Rara. Salah seorang peserta yang menuliskan namanya di belakang gadget yang dibawanya.
Mereka kemudian akan melanjutkan bermain bersama di area Kampung Lali Gadget. Bermain di sawah, bermain lumpur, bermain orang-orangan sawah, membuat mainan tradisional, berkebun, dan masih banyak lagi.
Apa yang dilakukan anak-anak dengan riang gembira. Tawa lepas yang terlihat dari mereka menunjukkan kalau anak-anak bisa dan mampu lepas dari gadget. Tinggal kembali lagi kepada orang tua, peduli dengan anak atau mau membeli tangisan anak dengan gadget. Dipinjami gadget agar diam, dan dibiarkan sesuka hati anak. Asal anak diam, tidak menangis, tidak berontak pada orang tua.
Jaga Karya Jaga Budaya
Gambar: Tangkapan layar channel Kampung Lali Gadget |
Kampung lali gadget dengan segala inovasi yang dilakukan Irfandi dengan para relawan KLG juga memberikan gambaran kepada semua orang bahwa budaya bisa dijaga. Kecintaan pada budaya negeri bisa ditanamkan dari hal sederhana.
“Kita ingin mengajarkan anak-anak kesederhanaan. Mencintai Indonesia dari kampung, dari budaya-budaya yang ada di kampung," ujar Irfandi diiringi senyum penuh percaya diri diantara anak-anak yang sedang asyik bermain orang-orangan sawah di Kampung Lali Gadget.
Ada banyak permainana dan aktivitas yang bisa menjadikan anak-anak lebih aktif dan bisa melupakan gadget yang biasa mereka genggam.
Agar tetap dicintai anak-anak, Irfandi juga menggandeng beberap akomunitas agar tujuan mengurangi dampak kecanduan gadget bisa diwujudkan bersama. Diantaranya dengan membuat inovasi program permainan, seperti bermain egrang, mengajak anak mengenal budaya tradisional dengan mengajak mereka menggunakan lesung.
Semua kegiatan yang ada di Kampung Lali Gadget bukan skedar bermain agar mereka lupa dengan gadget. Mereka bermain sambil belajar. DIberikan edukasi, arahan, pendampingan oleh relawan, dan diberikan kesempatan untuk merasakan dan mengalami bagaimana menggunakan alat-alat tradisonal dalam keseharian, serta berkreasi dengan apa yang ada di alam.
Untuk menguatkan nilai budaya tradisional yang ada, Irfandi menggali data dengan mengunjungi orang-orang yang sudah sepuh dan bertanya kepada mereka. Tujuannya adalah agar sama dengan yang ada di zaman dahulu.
Setiap minggunya, Irfandi menyiapkan tema bermain yang berbeda-beda. Tema batu, tea daun, dan tema-tema lain yang akan memperkaya pengetahuan peserta terhadap budaya yang dimiliki bangsa.
Bagi anak-anak, kehadiran Kampung Lali Gadget mampu menjadikan anak-anak menjadi lebih aktif dan kreatif. Mereka juga menjadi lebih mudah untuk diajak berinteraksi dan berkomunikasi dalam keseharian. Mereka kini kembali memiliki kepedulian dan bisa berinteraksi dengan masyarakat.
Irfandi mengatakan bahwa ia akan terus mengembangkan Kampung Lali Gadget agar dapat menjangkau lebih banyak anak-anak. Ia berharap bahwa Kampung Lali Gadget dapat menjadi gerakan nasional untuk menangkal kecanduan gadget pada anak-anak.
Selain dampak positif bagi anak-anak, kampung lali gadget juga memberikan dampak positif pada perekonomian sekitar. Masyarakat bisa berjualan aneka makanan kecil, dan minuman di area sekitar Kampung Lali Gadget.
Tentu ini merupakan sebua h angin segar bagi semua masyarakat yang ada di sekitar Kampung Lali Gadget, Sidoarjo. Tidak sekedar bisa ikut serta memberikan dukungan pada gerakan mengatasi kecanduan gadget, namun juga memberikan dampak positif pada kesejahteraan masyarakat yang ikut dilibatkan dalam kegiatan.
Tidak hanya itu, Kampung Lali Gadget juga memberikan dampak positif bagi banyak orang seperti pada saat pandemi. Selain melibatkan masyarakat dalam produksi APD, Kampung Lali Gadget juga aktif memberikan dukungan nyata dalam penanganan Covid 19 beberapa tahun silam.
Saat pandemi, Irfandi dan relawan KLG melalui Kampung Lali Gadget bisa secara gotong royong memberikan bantuan bagi tenaga masyarakat. Melalui program Saling Sokong Gotong Royong sosial ekonomi KLG memberdayakan warga terdampak ekonomi untuk pembuatan 6000 faceshield.
Dampak Kampung Lali Gadget bagi Masyarakat
Kehadiran Kampung Lali Gadget telah memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Tidak hanya bagi anak-anak namun juga bagi orang tua.Bagi anak-anak, kehadiran Kampung Lali Gadget mampu menjadikan anak-anak menjadi lebih aktif dan kreatif. Mereka juga menjadi lebih mudah untuk diajak berinteraksi dan berkomunikasi dalam keseharian. Mereka kini kembali memiliki kepedulian dan bisa berinteraksi dengan masyarakat.
Irfandi mengatakan bahwa ia akan terus mengembangkan Kampung Lali Gadget agar dapat menjangkau lebih banyak anak-anak. Ia berharap bahwa Kampung Lali Gadget dapat menjadi gerakan nasional untuk menangkal kecanduan gadget pada anak-anak.
Selain dampak positif bagi anak-anak, kampung lali gadget juga memberikan dampak positif pada perekonomian sekitar. Masyarakat bisa berjualan aneka makanan kecil, dan minuman di area sekitar Kampung Lali Gadget.
Tentu ini merupakan sebua h angin segar bagi semua masyarakat yang ada di sekitar Kampung Lali Gadget, Sidoarjo. Tidak sekedar bisa ikut serta memberikan dukungan pada gerakan mengatasi kecanduan gadget, namun juga memberikan dampak positif pada kesejahteraan masyarakat yang ikut dilibatkan dalam kegiatan.
Tidak hanya itu, Kampung Lali Gadget juga memberikan dampak positif bagi banyak orang seperti pada saat pandemi. Selain melibatkan masyarakat dalam produksi APD, Kampung Lali Gadget juga aktif memberikan dukungan nyata dalam penanganan Covid 19 beberapa tahun silam.
Saat pandemi, Irfandi dan relawan KLG melalui Kampung Lali Gadget bisa secara gotong royong memberikan bantuan bagi tenaga masyarakat. Melalui program Saling Sokong Gotong Royong sosial ekonomi KLG memberdayakan warga terdampak ekonomi untuk pembuatan 6000 faceshield.
Irfandi melalui KLG juga memberikan paket sembako dan paket biskuit bagi masyarakat terdampak, masing-masing 50 dan 20 paket jumlahnya.
Untuk memberikan dukungan ekonomi bagi warga, Kampung Lali Gadget juga melakukan pembelian 900 botol bekas dari pemulung terdampak dan melibatkan masyarakat lain dalam kegiatan recycle botol yang dibeli.
Selain itu, Kampung Lali Gadget juga malakukan desinfeksi rumah-rumah warga di sekitar KLG. Membagikan 767 botol desinfektan secara gratis setara 460 liter bagi warga Pagerngumbuk. Tidak hanya itu, KLG juga berkontribusi dalam percepatan penanganan Covid 19 dengan melakukan edukasi bahaya Covid-19 dan pembagian 760 selebaran bagi warga dengan menggunakan pendekatan lokal yang dikemas dengan Bahasa Jawa.
Irfandi, pendiri Kampung Lali Gadget, adalah sosok pemuda yang inspiratif. Ia memiliki tekad yang kuat untuk membuat perubahan di masyarakat. Berjuang untuk terus mewujudkan generasi yang tidak kecanduan gadget.
Berkontribusi mengenalkan budaya, dan menjaga budaya melalui karya. Berbekal kesederhanaan, mengajak semua orang khususnya anak-anak untuk mengenal dan akrab dengan budaya dari lingkungan terkecil di kampung.
Apa yang dilakukan oleh Irfandi memang layak untuk di apresiasi. Selain berkontribusi pada penyelamatan generasi penerus negeri ini, dia juga berkontribusi menyelamatkan budaya yang hampir hilang terkikis dan tertelan oleh gadget.
Kontribusi yang diberikan kepada masayarakat, dan bangsa ini memang layak menghantarkan Ahcmad Irfandi mendapatkan apresiasi dari Satu Indonesia Award Semangat Astra Terpadu pada tahun 2021 lalu.
Semoga Kampung Lali Gadget dapat terus berkembang dan menjadi solusi untuk mengatasi masalah kecanduan gadget pada anak-anak, dan menguatkan, serta mewariskan nilai-nilai budaya kepada mereka sejak dini.
Referensi:
https://iniklg.com/
https://www.youtube.com/watch?v=ZBVSf93ibdo
https://www.instagram.com/kampunglaligadget/
https://www.kominfo.go.id/content/detail/13547/kecanduan-gawai-ancam-anak-anak/0/sorotan_media
Selain itu, Kampung Lali Gadget juga malakukan desinfeksi rumah-rumah warga di sekitar KLG. Membagikan 767 botol desinfektan secara gratis setara 460 liter bagi warga Pagerngumbuk. Tidak hanya itu, KLG juga berkontribusi dalam percepatan penanganan Covid 19 dengan melakukan edukasi bahaya Covid-19 dan pembagian 760 selebaran bagi warga dengan menggunakan pendekatan lokal yang dikemas dengan Bahasa Jawa.
Irfandi Layak Diapresiasi dengan Kontribusinya Melalui Kampung Lali Gadget
Kampung Lali Gadget adalah sebuah gerakan positif untuk menangkal kecanduan gadget pada anak-anak. Gerakan ini telah memberikan dampak positif bagi anak-anak, baik dari segi fisik maupun mental. Selain itu, juga memberikan dampak pada kondisi perekonomian dan pola pikir masyarakat sekitar.Irfandi, pendiri Kampung Lali Gadget, adalah sosok pemuda yang inspiratif. Ia memiliki tekad yang kuat untuk membuat perubahan di masyarakat. Berjuang untuk terus mewujudkan generasi yang tidak kecanduan gadget.
Berkontribusi mengenalkan budaya, dan menjaga budaya melalui karya. Berbekal kesederhanaan, mengajak semua orang khususnya anak-anak untuk mengenal dan akrab dengan budaya dari lingkungan terkecil di kampung.
Apa yang dilakukan oleh Irfandi memang layak untuk di apresiasi. Selain berkontribusi pada penyelamatan generasi penerus negeri ini, dia juga berkontribusi menyelamatkan budaya yang hampir hilang terkikis dan tertelan oleh gadget.
Kontribusi yang diberikan kepada masayarakat, dan bangsa ini memang layak menghantarkan Ahcmad Irfandi mendapatkan apresiasi dari Satu Indonesia Award Semangat Astra Terpadu pada tahun 2021 lalu.
Semoga Kampung Lali Gadget dapat terus berkembang dan menjadi solusi untuk mengatasi masalah kecanduan gadget pada anak-anak, dan menguatkan, serta mewariskan nilai-nilai budaya kepada mereka sejak dini.
Referensi:
https://iniklg.com/
https://www.youtube.com/watch?v=ZBVSf93ibdo
https://www.instagram.com/kampunglaligadget/
https://www.kominfo.go.id/content/detail/13547/kecanduan-gawai-ancam-anak-anak/0/sorotan_media
Keren banget nih inovasi berani dari Mas Irfandi. Kampung Lali Gadget bisa jadi percontohan untuk tetap asyik dan kreatif tanpa harus kena addict dari gadget.
ReplyDeleteMemang keren ya, mas. Kampung lali membuktikan, anak-anak bisa tetap beraktivitas dengan bahagia, tanpa harus memegang gadget. Malah dengan bermain bersama teman dengan mainan tradisional, banyak manfaat yang bisa didapatkan.
DeleteDibutuhkan pejuang² yang kreatif untuk mengubah sebuah perilaku, semoga pak Irfandi selalu terjaga ide-ide briliannya untuk menjadikan anak² bangsa paham akan budayanya dan mengerti memanfaatkan teknologi dari gadget
ReplyDeleteSetuju kak,
DeleteDan semoga penggunaan gadget juga bisa secara bijak dan tidak sampai menjadi candu ya
Gempuran game modern memang sudah membuat anak lupa akan permainan tradisional. Tidak salah kita menerima kecanggihan teknologi dan peradaban manusia, hanya jangan sampai lupa juga dengan kearifan lokal yang sudah menjadi budaya bangsa kita ya
ReplyDeleteuni sebenenrnya yang dilakukan irfandi ini. Berani menjawab tantangan yang di eranya, sebenernya gadget menjadi sebuah kebutuhan. Jadi berandai-andai, semoga literasi ini semakin byk yg membca dan ikut andil untuk mendukung gerakan irfandi
ReplyDeletesetuju mba, mau bagaimanapun gadget memang sudah menjadi kebutuhan berkomunikasi saat ini. Tapi apa yang dinisiasi mas irfandi adalah ketidakbergantungan terhadap gadget dan tetap mengembangkan dunia literasi konvensional.
DeleteMasyaAllah semoga lahir mas Irfandi lainnya dikala orang tua tak lagi mampu berbuat banyak perihal gadget dan anak-anak ini.
ReplyDeleteBetul, Mas Irfandi layak diapresiasi. Bagi ibu-ibu, jasanya tiada tara.
Semoga panjang umur dan sehat selalu
Saya generasi yang tumbuh di era bebas gadged, Mas. Jadi bermain bersama teman, adalah hal-hal yang menggembirakan. Bisa bersosialisasi dan banyak teman juga. paling suka kalau pas malam minggu atau pas mati lampu malam, bisa main di luar hahaha. Nah, keren yang ini kampung Lali Gadged. Anak-anak jadi bebas bermain secara alami.
ReplyDeletesedih banget ya lihat anak yang kecanduan gadget?
ReplyDeleteBahkan sejak masih bayi lho, mereka suka melihat cocomelon cs
Semoga banyak yang mengikuti jejak Irfandi ya?
Menerapkan cara Irfandi di lingkungan rumahnya
Kyknya nama kampung ini gak asing. Bagus banget ya gagasannya Pak Irfandi supaya anak2 bisa kembali bermain di alam berinteraksi bareng temannya jadi gak melulu di di rumah apalagi di depan gadget.
ReplyDeleteSelain itu bonus bisa mengajak generasi muda melestarikan permainan2 tradisional asli yaa.
Inilah salah satu tantangan yang kita hadapi dengan semakin berkembangnya perangkat komunikasi dengan teknologi terbarukan. Kecanduan gadget menyebabkan kita, anak-anak terutama, keasikan sehingga lupa akan pentingnya kegiatan bersosialisasi dan semua yang berhubungan dengan alam. Setidaknya dengan kehadiran kegiatan LALI GADGET yang diadakan Mas Arfandi, anak-anak tidak lupa bahwa hubungan yang terbangun antar manusia juga penting untuk tetap dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
ReplyDeleteCara yang menarik dan memang patut diapresiasi idenya Pak Arfandi ini, karena dampaknya juga bermanfaat terlebih untuk masa depan anak-anak
ReplyDeleteSetuju kak, minimal dimulai dari rumah ya. Membatasi pemberian gadget pada anak, lalu menggantinya dengan permainan
DeleteIni menarik sih, permainan tradisional semakin dilupakan apalagi memang tdk dipungkiri banyak anak sudah kecanduan gadget. Usia anak masa2 nya untuk bermain, dgn permainan tradisional rata2 membangun sikap sportivitas dan interaksi dgn yg lain
ReplyDeleteHarus nih anak-anak dikenalkan dengan dunia lain selain gadget. Mosok, bangun tidur yang dicari gadget, makan sambil lihat gadget. Bener-bener tersihir...
ReplyDeleteKeren banget gagasan Kampung Lali Gadget ini...semoga menular ke kota-kota lain...
Agak miris juga emang kalo lihat anak jaman now lebih deket ama gadget. Yaa bener karena ortu juga yang mengenalkan. Tapi sayangnya mereka jadi lupa bahkan ngga tau mainan tradisional. Kampung Lali Gadget emang ngajak anak2 kembali ke fitrahnha bermain di alam.
ReplyDeleteWah keren banget ini. Andai dekat, tentu saya bawa anak2 saya ke sana. Ijin share link ya kak
ReplyDeleteBaru tahu saya soal gerakan di kampung lali gadget lewat artikel ini.
ReplyDeletePositifnya anak jadi tidak kecanduan gawai berlebih dan interaksi keseharian meningkat ya ka. Bagus ini :)
keren sekali dan sangat layak diapresiasi ini yah, semoga ada kampung lali gadget lainnya nih supaya anak - anak tidak terlalu fokus sama gadget
ReplyDeleteSeneng banget sama Kampung Lali Gadget yang menginspirasi.
ReplyDeleteSetidaknya meskipun aku tinggalnya ga deket sama Kampung Lali Gadget, tapi gerakan ka Irfandi bisa ditiru yaa..
Aku mulai sering iseng-iseng ngajakin anak ke warung deket rumah dan berlama-lama di taman yang ada peminjaman buku gratisnya.
Semoga perlahan, anak-anak tetep baik-baik aja meskipun tanpa gadget. Gak ketergantungan apalagi sampe tantrum kalo ga ada.
Keren memang upaya Bang Irfandi ini dalam mengajak anak-anak untuk meminimalisir penggunaan gadget. Terlebih, zaman sekarang anak-anak sudah tak tersentuh dolanan tradisional. Jadi melalui Bang Irfandi, akhirnya diperkenalkan kembali.
ReplyDeletepenting banget membatasi anak di bawah umur dalam penggunaan gadget karna sudah telalu banyak anak yang tidak bisa lepas dari gadget dan banyak dampak negatifnya karna penggunaannya berlebihan
ReplyDeleteMas Irfandi ini emang keren
ReplyDeleteKepeduliannya pada anak anak dan budaya membuatnya terus bergerak dengan KLG ini
Keren nih Kak Irfandi, membawa isu yang lagi hangat di kalangan orang tua tentang pengendalian gadget. Menurutku malah ini harusnya masuk program pemerintah, sih, untuk edukasi di tingkat pendidikan keluarga
ReplyDeleteIde jeniusnya Pak Irfandi ini ya, bikin area/tempat biar anak-anak lupa akan gadget. Selain itu, banyak permainan tradisional yg bisa dimainkan secara bersama-sama. Sehingga nuansa keakraban pun akan hadir di situ.
ReplyDeleteKetika anak anak (dan orang dewasa) banyak digempur sama kemudahan yang disajikan oleh teknologi dalam gawai di genggaman, kehadiran Kampung Lali Gadget yang digerakkan Mas Irfandi ini seperti oase nggak sih? Secara gadget itu bikin perhatian terpusat sama diri sendiri terus. Semoga impiannya agar kampung lali gadget ini menasional terwujud.
ReplyDeleteSalut bgt buat kang Achmad Irfandy ini. Di saat org tua berlomba2 utk ngasih gadget terbaik ke anak, ada anak muda yg malah melakukan sebaliknya. Emg sih hidup ga melulu hrs serba teknologi dan hrs diselesaikan via teknologi. Ada rasa dan olah pikiran yg bs terasah dr hal2 sederhana di sekitar kita. Dan di kampung lali gadget ini kita bs merasakan olah rasa dan pikiran ini dgn sempurna.
ReplyDeleteSeru banget ya kak. Manfaatnya plus plus ini mah. Anak gk kecanduat gadget , pengenalan budaya tradisionalpun juga dapet. Yang udah berumurnya ya kebagian nostalgia juga
ReplyDeleteKereennn, ini kegiatan yang ispiratif sekaliii. Jadi semuanya seimbang yaaa, terutama untuk interaksi sosial anak-anak. Semoga hal yang seperti ini juga banyak dilakukan tak hanya di kampung lali.
ReplyDeleteWah, gemes banget namanya kampung lali gadget. Ini siiih inovasi yang dibutuhkan generasi sekarang. Disadari atau gak memang kita tuh gabisa lepas dari gadget. Padahal perlu juga yang namanya detachment terhadap gadget. Keren juga nih Mas Irfandi untuk kontribusinya mengagas kampung lali gadget.
ReplyDeletenah ini, sangat dibutuhkan sekali kampung Lali Gadget ini diadakan di berbagai daerah. mengingat anak2 sekarang kalo udah kecanduan gadget, susah diajak bersosialisasi di dunia luar
ReplyDeleteMemang kalau melihat kemajuan zaman, percepatan perkembangan anak zaman sekarang jadi terasa sangat cepat. Mereka mudah paham, tapi sekaligus mudah emosi karena sebuah tulisan di sosial media, misalnya.
ReplyDeleteuntuk mematangkan pemikiran anak-anak, adanya Kampung Lali Gadget membuat anak-anak kembali dengan dunianya. Dunia bermain dan berinteraksi dengan sesama teman, orang di sekelilingnya dan alam.
Sungguh menginspirasi sekali mas Irfandi.
Wah...seru sekali ya kegiatan di kampung lali gadget ini. Bagus sekali utk alternatif kegiatan anak-anak, agar tak melulu berteman dg gadgetnya saja. Terimakasih sharing infonya..
ReplyDeleteIni bagus banget kegiatannya. Saya setuju sebenarnya anak masih enjoy kok main permainan tradisional dengan bahan dari alam sekitar, asal ada yang mengenalkan.
ReplyDeleteSaya salut deh sama sosok anak muda yang inspiratif kayak Irfandi ini. Jujur masalah kecanduan gadget ini hal yang dilematik di masyarakat kita. Saya berharap semoga konsep kapung lali gadget ini bisa diterapkan juga di berbagai kota lainnya di Indonesia. Yuk bisa yuk !
ReplyDeleteSelalu kagum sama gerakan-gerakan seperti ini. Rasanya pengen sekali menduplikasi gerakan ini di desa saya juga. Tapi sekarang malah terjebak jadi bagian kaum urban. Walau ada rasa sesal terkadang saya masih memikirkan cita-cita sederhana semacam ini. Semoga kelak dapat terwujud.
ReplyDeletejaman udah berubah yah, saya ingat dulu waktu kecil suka main di luar bersama teman sampai lupa waktu. Hingga dimarahi orang tua untuk pulang ke rumah. Sekarang malah kebalikan, anak-anak tidak ada yang mau main di luar, maunya di rumah aja sama handphone. Bagus sekali ada sosok seperti Achmad Irfandi yang menggagas Kampung Lali Gagdet, semoga bisa ditiru oleh daerah lain.
ReplyDeleteInisiasi yang sangat bagus sekali gerakan kampung lali gadget ini, semoga bisa diadaptasi oleh banyak daerah di Indonesia.
ReplyDeleteAamiin, karena memang mengatasi kecanduan gadget ini bisa jadi PR ya kak, apalagi buat anak² kan masanya dia buat banyak sosialisasi
DeleteAamiin, karena memang diperlukan ya teknik tersebut apalagi buat anak² biar gak melulu dengan gadget
DeleteYa ampun jadi nostalgia kalau aku bisa ke kampung ini semua permainan masa kecil aku sekarang nggak ada yang mainin lagi di kampung malahan anak kecil yang masih umur 9 tahun itu udah pinter ngomong kasar karena main game online sedih banget rasanya
ReplyDeleteAda banyak wahana semacam ini di daerah-daerah. Namun, mungkin Irfandi memiliki semangat yang luar biasa besar dan mampu menebar manfaat ke masyarakat yang lebih luas
ReplyDeleteSungguh mengasyikkan kegiatan di desa tanpa gadget ini. Ini merupakan pilihan yang bagus untuk anak-anak agar mereka tidak selalu menghabiskan waktu dengan gadget mereka. Terima kasih telah berbagi informasinya.
ReplyDeleteseneng lihat anak-anak yang nggak tergantung dengan gadget, karena anak-anak seharusnya bisa lebih kreatif dan tangkas, ceria dan lincah dengan aktifitas di luar rumah
ReplyDeleteAnak-anak sebenarnya milih gadget karena mereka ga ada yang ajak main.
ReplyDeleteyakin deh kalo dengan banyak permainan seperti ini dan ditemani main pasti pada senang dan ninggalin gadgetnya.
Jika orangtua kurang bijak dalam mengenalkan hp ke anak-anak maka anak-anak akan menajid malas dalam belajar, mereka lebih memilih main hp untuk menonton yang belum tentu bermanfaat bahkan lebih prah bukan untuk usianya, dengan adanya kampung lali ini sangat bagus ya, semoga berkembang juga pencetusnya di kota kota lain sehingga anak-anak fokus dengan apa yang harusnya mereka dapat sesuai usianya
ReplyDeleteInspiratif sekali nih, Achmad Irfandy ini. Saat ini banyak org tua yang tak tanggung-tanggung utk ngasih gadget ke anaknya. Berbagai alasan, ada yang tuntutat gaya hidup, gengsi, dan lain sebagainya. Namun mereka tak peduli dengan pengaruh negatifnya. Nah ini ada seorang pemuda yang sangat perhatian akan hal itu agar anak-anak tak melulu main gadget. Keren...
ReplyDeleteKangen yaa..sama kreatifitasnya orang dulu dari apa yang ada di sekeliling mereka, bisa jadi mainan yang seru.
ReplyDeleteJadi inget ibuku cerita kalau anak-anak zaman dulu kebanjiran, tiada yang berkeluh kesah. Semuanya malah happy main dari pohon pisang yang dijadikan kapal dengan cara dinaikin rame-rame.
Mas Irfandi kembali menghidupkan kenangan sekaligus kreatifitas tersebut.
Bentaar Kak saya kok bingung. Jadi lokasi Kampung Gadget itu di mana? Sidoarjo? Surabaya?
ReplyDeleteBagus sekali ya konsepnya jadi anak2 bisa beneran lali ama gadgetnya dan gak lagi kecanduan. Mereka bisa belajar hal lain yg lebih berguna.
semoga kampung lali gadget bisa berkembang ke daerah-daerah lain, salut sama irfandi mampu menebar manfaat ke masyarakat yang lebih luas
ReplyDeleteorang yang peduli dengan keadaan sekitar seperti ini langkat banget lho. Memang tidak salah Satu Indonesia Awards memberikan penghargaan kepada Pak Irfandi sebagai penggagas kampung gadget. Semoga saja, kedepannya lebih byk lagi pejuang-pejuang muda seperti Pak Irfandi,
ReplyDeletemenarik juga ya gagasannya kampung lali gadget ini, agak mengingatkan saya ke suku badui yg gak mau terkontaminasi pengaruh luar daerahnya
ReplyDeletePadahal yang dirasakan kebanyakan temen kecil aku "suka ngehayal jaman kecil". Kangen dengan segala mainan tradisional dan tingkah aneh2nya waktu itu.
ReplyDeleteGenerasi sekarang sayang kalau cuma main HP terus, gak ada kenangan masa kecil.
waaah ini bagus banget kegiatannya! Gadget tuh memang bahaya sekali, terutama untuk anak-anak yang masih dibawah 5 tahun. Harus ada kegiatan kaya gini biar perhatian anak bisa teralihkan. Jadi penasaran buat baca tentang kampung lali gadget ini. Thanks ka sudah sharing
ReplyDeleteKak Irfandi masih mudah sudah seinpiratif ini, keren ih. Semoga semakin banyak anak muda yang seperti ini. Kak Irfandi patut diberi apresiasi. Keren!
ReplyDeleteDampak gadet untuk anak anak sekarang sangat berbahaya. Kalo aku melihat instagram kampung lali gadet yang berkunjung kesana keseringan anak SD. kayaknya anak smp sma juga perlu kesana ubtuk terapi lepas gadget deh
ReplyDeleteDampak gadet untuk anak anak sekarang sangat berbahaya. Kalo aku melihat instagram kampung lali gadet yang berkunjung kesana keseringan anak SD. kayaknya anak smp sma juga perlu kesana ubtuk terapi lepas gadget deh
ReplyDeletebagus ini kak kampung lali gadget. karena memang anak2 generasi alpha sekarang udah buanyak yang ketergantungan sama gadget sampai2 ada beberapa yang mengalami speech delay gitu
ReplyDeleteTjakep dan inovatif banget nih cara Mas Achmad Irfandi untuk mencegah kecanduan gadget pada anak. Dan serem lho memang kalau anak sedari kecil sudah kecanduan pegang HP ni. Susah banget ngilanginnya
ReplyDeletesenangnya ada masyarakat yang menebar kegiatan positif begini. semoga semakin merambah banyak ya biar anak-anak kita gak melulu dengan gadget nya
ReplyDeleteMas Irfandi ini menginspirasi sekali.
ReplyDeleteKarena idenya dan caranya kembali menghidupkan permainan tradisional yang ternyata seru dan tetap bisa disukai anak-anak di Kampung Lali Gadget.
Kreatif dan mahal. Berawal dari keresahan hingga tercetus gerakan positif. Menggantikan kebiasaan gadget ke arah gerakan mengenalkan budaya daerah melalui permainan anak-anak. Keren banget dan sangat menginspirasi.
ReplyDeleteSuka banget dengan terobosan dari Achmad Irfandi ini, anakku betah lo disana, pulangnya banyak cerita, dia suka banget dapat semacam mainan yang terbuat dari daun kelapa, disimpannya sampai berubah warna
ReplyDeleteingin kesana secara pribadi, bukan rombongan sekolah seperti yang dilakukan anak saya sebelumnya
Aku udah baca profil mas Irfandi ini, dan jujur aku salut banget sama tekad beliau yg ingin membantu anak2 mengurangi kecanduan gadget. Kalau ada kesempatan, aku mau bgt berkunjung ke sana.
ReplyDeleteMasyaallah, ya, kelahiran 1993 sudah melakukan gerakan dan gebrakan sehebat itu. Di usia 25 tahun, Achmad Irfandi menunjukkan kepedulian kepada sekitar yang dampaknya luar biasa.
ReplyDeleteMasyaallah, kalau ada kampung Lali Gadget di dekat rumah, pasti anakku setiap hari aku ajak main ke sana. Biar bisa merasakan keseruan permainan tradisional dengan teman-teman. Keren!
ReplyDeleteMelihat aktivitas di kampung lali gadget ini serasa kembali lagi pada Ingat an Masa kecil yang akrab dengan permainan alam. Bebikinan nyaman daun pisang adalah salah satu yang ku mainkan dulu. Keren ini Achmad Irfandi menggagas kampung lali gadget ini, Emang bikin lupa gadget sih.
ReplyDeletereal hero sih ini, penyelamat generasi. di kala sekarang banyak kasus tersebab gadget yang menurunkan kualitas generasi, langkah mas achmad irfandi untuk create kampung lali gadget ini solutif banget
ReplyDeleteYang candu bukan hanya anak2 loh tapi juga orang dewasa...sepertinya terapi seperti ini harus diikuti orang dewasa juga yaaa
ReplyDeleteTeringat zaman dulu, setiap sore itu pasti dipenuhi dengan anak-anak yang bermain aneka permainan tradisional, sekarang iya sih pd kumpul tapi pada mabar 🤣🤣🤣. Semoga sosok irfandi jadi inspirasi bagi daerah lainnya.
ReplyDeleteKreatif sekali ...10 tahun di surabaya aku belom perna kesini euy. Bahkan ini baru tau ada tempat se inovatif ini
ReplyDeleteTadinya aku mau kasih anak gadget setelah 5 tahun ke atas, itupun dengan batasan ketat. Ternyata punya toddler tanpa ART plus punya bisnis itu nggak mudah. Jadinya kukasih juga hp biar aku bisa selesaikan kerjaan.
ReplyDeleteKalau ada tempat khusus main tanpa gadget gini aku juga mau banget langganan datang minimal akhir pekan deh.
Tak akui, sbg orangtua sy jg kewalahan klo urusan gadget. Sdh berusaha meminimalisir penggunaan gadget pada anak, namun blm maksimal. Andai aja Ada kampung lali gadget di dkt rumah, auto cuss meluncur bawa anak2 ke sana. Semoga banyak Irfandi2 lain di luar sana yg bs menginspirasi masyarakat.
ReplyDeleteTakjub banget sama mas Irfandi selaku founder kampung lali gadget. Permainan tradisionalnya banyak, bagus biar anak-anak jauh dari gadget dan lebih mengenal permainan tradisional
ReplyDeleteWah, salut banget sama Irfandi yang punya inisiatif dan kepedulian tinggi terhadap anak-anak di desanya. Langkah membentuk Wonoayu Kreatif dengan Kampung Lali Gadget buktinya bahwa kecil-kecil bisa berkontribusi besar untuk mengatasi dampak gadget. Semoga upayanya bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk bersama-sama mengembalikan permainan tradisional dan memperkuat rasa kebersamaan 👏🌟
ReplyDelete