Konten [Tampil]
Pendidikan seksualitas yang tidak diberikan kepada anak akan memberikan dampak buruk kepada anak di masa akan datang. Seperti banyak terjadi saat ini, anak laki-laki tampil dengan gaya. Cara berpakaian, cara berjalan seperti anak perempuan. Pun sebaliknya, anak perempuan tidak jarang kita lihat bergaul dan bergaya ala anak laki-laki. Pakaian, gaya rambut, cara berjalan, bahkan sikap dan cara bercandanya seperti laki-laki.
Tentu hal ini tidak bisa kita anggap sebelah mata sebagai bagian dari proses mereka bertumbuh dan bergaul dengan teman sebayanya. Kita harus sadar kalau hal ini bisa jadi terjadi karena kita selalu orang tua tidak memberikan, tidak mengajarkan, dan tidak menanamkan pendidikan seksualitas kepada anak.
Pendidikan seksualitas jarang dilakukan oleh orang tua. Bahkan sebagian besar atau sebagian banyak orang tua merasakan bahwa pendidikan seksualitas itu diberikan nanti ketika anak sudah baligh, ketika anak sudah remaja, atau bahkan nanti saat mereka dewasa.
Orang tua masih tabu berbicara seksualitas. Menganggap bahwa pendidikan seksualitas berorientasi pada bagaimana hubungan intim. Bagaimana hubungan suami istri. Padahal pendidikan seksualitas bukan hanya tentang hal itu.
Lebih dari itu pendidikan seksualitas adalah pendidikan yang dilakukan untuk memunculkan jati diri anak-anak. Jika anak laki-laki maka bisa muncul kelelakiannya. Jika anak perempuan, maka sisi feminimnya juga tumbuh dengan baik pada anak.
Pendidikan seksualitas yang diberikan orang tua sejak anak masih bayi akan mampu menjadi benteng, mencegah anak dari penyimpangan-penyimpangan seksual.
Sekali lagi pendidikan seks bagi anak bukan melulu perihap hubungan kelamin, kesehatan reproduksi, perasaan nyaman dan tidak nyaman pada anak. Lebih jauh lagi pendidikan seksualitas juga berhubungan dengan ibadah.
Pendidikan seksualitas jarang dilakukan oleh orang tua. Bahkan sebagian besar atau sebagian banyak orang tua merasakan bahwa pendidikan seksualitas itu diberikan nanti ketika anak sudah baligh, ketika anak sudah remaja, atau bahkan nanti saat mereka dewasa.
Orang tua masih tabu berbicara seksualitas. Menganggap bahwa pendidikan seksualitas berorientasi pada bagaimana hubungan intim. Bagaimana hubungan suami istri. Padahal pendidikan seksualitas bukan hanya tentang hal itu.
Lebih dari itu pendidikan seksualitas adalah pendidikan yang dilakukan untuk memunculkan jati diri anak-anak. Jika anak laki-laki maka bisa muncul kelelakiannya. Jika anak perempuan, maka sisi feminimnya juga tumbuh dengan baik pada anak.
Pendidikan seksualitas yang diberikan orang tua sejak anak masih bayi akan mampu menjadi benteng, mencegah anak dari penyimpangan-penyimpangan seksual.
Apa saja yang termasuk pendidikan seks?
Pendidikan seksualitas kepada anak sejak dini sekali lagi bukan hanya membicarakan hal berhubungan dengan "seks" semata. Ada hal lebih penting yang harus disadari oleh orang tua mengapa anak perlu pendidikan seksualitas. Hal itu adalah memunculkan sejatinya anak. Jika laki-laki menjadi laki-laki yang maskulin dengan sifat dan sikapnya sebagai laki-laki. Jika perempuan menjadi perempuan dengan sisi feminim yang melekat pada seorang perempuan.Allah Swt dalam firmannya menyampaikan, "...dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan." (Ali Imron: 36)
Sekali lagi pendidikan seks bagi anak bukan melulu perihap hubungan kelamin, kesehatan reproduksi, perasaan nyaman dan tidak nyaman pada anak. Lebih jauh lagi pendidikan seksualitas juga berhubungan dengan ibadah.
Bagaimana mengajarkan pendidikan seks pada anak?
Untuk mengajarkan anak pendidikan seksualitas ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan orang tua sesuai dengan tahap dan perkembangan anak. Sesuai dengan usia anak-anak.
Usia Anak 0-2 Tahun
Pada usia ini sebenarnya sudah sama dengan manusia pada umumnya. Namun seringkali kita selaku orang tua memaklumi bayi kita. Misal anak tidak mengenakan baju atau tidak mengenakan celana dianggap hal lumrah. Jadi pada usia ini orangtua sudah paham jika mereka juga memiliki aurat yang harus ditutup.Pun dengan seorang ibu ketika menyusui anaknya, carilah tempat khusus, berikan penutup atau pembatas sehingga orang lain tidak melihat.
Mereka masih bayi, namun ikatan antara orang tua dan anak sangat kuat. Anak pun bisa mendengarkan. Pada usia ini pun, jika orang tua juga harus menjaga anak dan menjaga diri. Misal saat hendak menjalankan tugas suami istri (jima') maka orang tua harus memastikan anak tidak tahu ataupun mendengar suara dari aktivitas orang tua.
Usia 2-4 Tahun
Usia ini merupakan usia di mana anak-anak mulai memasuki masa penyapihan. Mengenalkan dan mendampingi mereka dengan toilet training. Sekaligus memberikan pemahaman secara bertahap kepada anak tentang bagaimana menjaga kebersihan diri dan alat kelaminnya.Pada usia ini anak terkadang memegang alat kelaminnya, maka orang tua perlu mengalihkan aktivitas tersebut dengan aktivitas lain seperti melipat kertas, bermain puzzle dan lain sebagainya. Ini perlu dilakukan karena perilaku seperti onani dan masturbasi bisa terjadi pada mereka. Bukan karena mereka tahu itu. Tapi karena tidak tahu dan itu bisa terjadi karena unsur ketidaksengajaan.
Pada rentang usia ini orang tua harus menguatkan anak dengan apa yang sudah ditanamkan misal perilaku menutup aurat, memberikan pemahaman siapa yang bisa menolongnya saat di toilet dna siapa yang tidak boleh.
Usia 4-7 Tahun
Pada usia ini anak sudah mulai memahami siapa yang boleh dan bisa membantunya untuk bersuci di saat buang air besar maupun buang air kecil. Anak mulai diajari proses bersih diri dan proses bersuci. Sehingga di usia 7 tahun mereka sudah tahu, paham bagaimana harus bersuci dari hadats kecil.Pada rentang usia ini, orang tua juga mengenalkan pada anak area bagian tubuh mana saja yang tidak boleh dilihat dan disentuh oleh orang lain. Misal anak laki-laki pada bagian antara pusar dan lutut, sedang anak perempuan ditambah bagian dada. Orang tua mengenalkan bahwa menjaga bagian tersebut merupakan perintah agama. Secara hubungan sosial, diharapkan dengan pemahaman ini anak akan terhindar dari perilaku pelecehan seksual oleh orang asing.
Pada usia ini orang tua mengajarkan anak bagaimana melindungi diri, mengajarkan sopan santun, akhlak, menjaga pandangan, dan lain sebagainya. Termasuk melakukan khitan kepada anak.
Pada usia ini mereka (anak-anak) mulai memahami perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan. Sehingga orang tua harus ekstra melakukan pendekatan dan penguatan kepada anak untuk bisa mengenal identitasnya. Mengerti bagaimana cara bergaul, dan memahami bagian dari tugasnya untuk menutup aurat.
Usia 7-14 Tahun
Pada usia ini anak-anak sudah memasuki usia yang mana mereka sudah memahami beberapa hal seperti bersuci, sholat, zakat, puasa, menjaga pandangan, dan lain sebagainya. Usia ini merupakan usia dimana anak sudah mengetahui dan bisa menjalankan apa yang sudah didapatkan, dipelajari, dan ditanamkan orang tua selama ini seperti mengenal siapa mahramnya, menjaga adab dalam bergaul dengan lain jenis, dan lain sebagainya.Saat semua proses pendidikan seksualitas dilakukan orang tua, maka di usia ini mereka sudah memahami hakikat dari baligh.
Apakah hal tersebut sudah selesai? Orang tua masih harus terus mendidik mereka dengan berbagai hal seperti memisahkan tempat tidur anak dengan orang tua, atau antara anak lelaki dan anak perempuan. Memperdalam pendidikan berhubungan dengan ibadah seperti Bab Thaharah, mendalami mahram. Sampai anak hendak menikah pendidikan seksualitas harus ditanamkan dan dikuatkan oleh orang tua. Jika anak sudah akan memasuki jenjang pernikahan maka ajarkan mereka etika bagaimana hubungan antara suami dan istri dalam kehidupan.
Pendidikan Seksualitas Bukanlah Hal Tabu
Parents marilah kita sadari bahwa suatu kejadian tidak terjadi begitu saja. Suatu kejadian merupakan sebuah rangkaian proses. Pun dengan pendidikan seksualitas pada anak. Ada tahapan yang harus dilalui orang tua hingga mereka betul-betul memahaminya.Untuk itu orang tua tidak boleh menganggap pendidikan seksualitas adalah hal yang tabu. Pendidikan seksualitas pada anak sangat luas cakupannya dan erat kaitannya dengan ibadah sebagai muslim di kemudian hari. Untuk itu marilah kita kenalkan, ajarkan pendidikan seksualitas pada anak sejak dini.
Referensi:
- Adriano Rusfi, Menjadi lelaki lukmanul hakim
- Ida Nur Laila, Pendidikan seksualitas sejak dini.
- Propethic Parenting, Cara Nabi Mendidik Anak
Perlu sejak dini memang pendidikan seksualitas karena emang pengetahuan seksual yang salah sangat cepat menyebar. Harus ada orang tua yang terlebih dahulu memberi pemahaman
ReplyDeleteSekarang tantangan dalam memberikan edukasi seksual kepada anak semakin besar. Jadi, orang tua juga harus benar-benar mengawasi perilaku anak-anak. Makasih infonya yang sangat penting ini
ReplyDeletePendidikan seks memang bukan hal tabu untuk dikomunikasikan bareng anak. Malah seharisnya dapet info yang tepat dari orang tua bukan dari luar. Aku juga udah ngenalin anakku yang masih 4 th sama bagian/ anggota tubuh yang tidak boleh dipegang org lain, melaporkan kalau ada yg memaksa, gitu.
ReplyDeleteKalau zaman saya dulu, seputar seks atau seksualitas masih dianggap tabu. Jadi kalau ada anak yang bertanya pada orang tua, dianggap saru atau tidak sopan. makanya terkadang anak malah mencari tahu sendiri.
ReplyDeleteNamun seiring waktu, orang tua mulai modern dan terbuka. Pendidikan seksualitas mulai diajarkan. Misalnya saat anak laki-laki bertanya, kenapa kakak perempuannya tidak punya penis, sedangkan dia punya. Termasuk bisa lewat buku-buku bergambar.
Setuju banget dengan pentingnya pendidikan seksualitas bagi anak. Yang terpenting adalah bagaimana cara menyampaikannya dengan bijak sesuai dengan tingkatan umur anak kita
ReplyDeletependidikan seksualitas memang harus diajarkan dari dini kepada anak-anak agar mereka memahami aturan dan larangannya, namun sayangnya ya banyak di tempat kita itu menganggap ini masih tabu seklai untuk dibahas
ReplyDeletememang untuk mengajarkan sex education bisa disesuaikan dengan usia anak masing2 ya pak.. soalnya biar lebih bisa mereka tangkap maksudnya
ReplyDeleteSetuju kak,
DeleteSi anak juga dapat mencerna lebih mudah karen disesuaikan dengan usianya.
Bener sih kak. Emang harus diajarkan sejak dini biar nggak makin banyak yg terjerumus dalam pernikahan dini akibat terpaksa, khususnya hamil duluan. Anak zaman now kan suka mencoba2 buat praktek biologi. Pas udah jadi hasil pembuahan, bingung deh mau diapain. Kasus aborsi dan nikah dini melonjak kan? Ini akibat kurangnya pengetahuan seks secara tepat.
ReplyDeleteMendidik dengan ajaran sesuai umurnya bakal memudahkan si kecil untuk memahami dan mencernanya.
ReplyDeleteSepakat pak. Aku pun sedang di fase anak 2-7 tahun.hal yang pertama aku terapkan adalah malu.
ReplyDeleteLalu mengenalka organ vital mereka. Emang agak tricky juga sih. Tapi aku tifak emnjadikannya tabu
Hal ini harus disebarkan ke masyarakat luas nih. Biar orang tua mengerti, bahwa pendidikan seks pada anak buka melulu tentang hubungan intim. Tapi ada banyak hal.
ReplyDeleteSelain tu, agar anak kelak mengetahui, bahwa bagian tubuhnya merupakan hak penting yg gak boleh sembarang di sentuh.
Pendidikan seks sedari kecil memang penting banget, tapi masih banyak yang abai. Apalagi aku tinggal di desa, anak kecil cewek cowok dibiarin mandi bareng, ibu-ibu menyusui di depan orang banyak. Kalau dikasih tahu, ya namanya anak kecil. Tapi anak sekarang dan anak zaman dulu tuh beda.
ReplyDeleteJadi inget kasus anak di bawah umur yang merudapaksa anak balita
ReplyDeleteSalah satu penyebabnya ortu menganggap seks sebagai hal yang tabu dibicarakan. Mungkin karena mereka hanya fokus pada hubungan intim ya?
Sementara pendidikan seksualitas gak hanya itu
Penting diketahui dan diaplikasikan karena masa depan anak ditentukan dari pola asuh kita sejak anak masih dalam kandungan jadi butuh banyak belajar sebagai orang tua
ReplyDeleteIni yang lagi aku pelajarin juga. Suka takut bangett, apalagi anakku perempuan. harus ekstra dijaga huhu.. beneran liat pergaulan zaman sekarang tuh bikin bergidik ngeri
ReplyDeleteMemberikan pendidikan seksualitas itu sangat penting ya mas
ReplyDeleteBisa dilakukan semenjak dini
Yes, sekarang orang tua harus berani mengajarkan pendidikan seks sesuai tahapan usia anak. Jujur saya juga pertama kali agak kagok, tapi lama-lama ya terbiasa
ReplyDeleteBenar banget, pendidikan seks harus dilakukan sejak dini. Dan terkait pendidikan seks ini bukan hal tabu untuk dikomunikasikan dengan anak, justru seharusnya pendidikan seks diberikan oleh orangtua sesuai tahapan umur anannya ya.
ReplyDeletesetuju sih kalau seks bukanlah hal yang tabu terlebih di era teknologi internet jaman sekarang dimana anak bisa dengan mudah mendapat informasi soal ini. apalagi anak jaman sekarang tingkat penasarannya tinggi soal seks. jangan lagi kita jadi generasi orangtua yang selalu bilang, " udah jangan tanya lagi, jangan bahas" setiap anak nanya soal seks atau tetiba bilang alat kelamin. justru kita harus open dan membiarkan anak tahu, sesuai umurnya tentu saja.
ReplyDeleteSebenarnya pendidikan seksualitas diberikan edukasi kepada anak sejak dini, agar mereka bisa memahami dan bila mereka sudah waktunya bisa memilih jalan yang terbaik.
ReplyDeleteMemang sih banyak yang salah kaprah soal pendidikan seksualitas. Banyak yang mengira arahnya ke sek, padahal tidak seperti itu. Misal saja pada bayi di area umum cuma pakai kaos dalam saja. Jadi, sebagai orang tua harus membiasakan anak sedari kecil mengenai apa yang baik dan buruk.
ReplyDeleteMengajarkan pendidikan seksualitas pada anak ini memang gak bisa serta merta ya..
ReplyDeleteTetap kudu ada proses yang dijalankan sehingga anak bisa memahami dan pada akhirnya tidak terjerumus ketika ada hal-hal buruk di sekitarnya.
Wallahu 'alam bishowab.
Setuju banget pendidikan seksualitas aejak dini salah satu tujuannya spya anak bisa waspada menjaga diri sendiri dan tau batasan dalam pergaulan
ReplyDeleteHai Mas Sugi, saya sependapat bahwa pendidikan seks bukanlah hal tabu. Tergantung kita orangtua menyampaikannya. Aku anak-anak dari usia belasan sudah aku kenalkan pendidikan seks
ReplyDeleteSalam: Dennise Sihombing
Iya nih kebetulan saya punya anak yang sudah mulai memasuki remaja jadi ngobrolnya masalah sex sambil santai gitu dan dengan bahasa yang halus banget aihh ternyata rempong juga yakš¤©
ReplyDeleteInformatif artikelnya dan menjadi pengingat bagi saya sebagai orang tua. Setuju jika pendidikan seksualitas yang diberikan orang tua pada anak sejak dini akan mampu menjadi benteng, mencegah anak dari penyimpangan-penyimpangan seksual yang begitu marak saat ini
ReplyDeleteMemberikan pendidikan seksualitas semenjak dini itu penting ya mas
ReplyDeleteBisa mencegah anak dari pelecehan seksual
yang bisa menjadi benteng, memang dimulai dari keluarga ya dan sejak dini mungkin sesuai sama usia si kecil biar mudah dimengerti
ReplyDeleteDi lingkungan sekitar ku banyak lho orang tua yang masih tabu membicarakan masalah seks dengan anaknya. Padahal penting banget ini. Tantangan ortu di masa kini emang tidak mudah ya
ReplyDeletebener nih, tapi makin ke sini alhamdulillah ya edukasi kayak gini tuh jadi meningkat. karena udah mulai gak tabu lagi
ReplyDeleteaku setuju banget... jaman aku dulu sepertinya masih sangat minim pendidikan seksual ke anak-anak dan kita tahu saat ini banyak sekali kejahatan seksual yang terjadi di sana-sini... jaman juga sudah serba global dan sebagai orang tua kita harus siap menghadapi dunia modern dan mulai mengajarkan pendidikan seksual kepada anak supaya tidak terjerumus ke hal-hal negatif
ReplyDeleteAkutu pernah ikutan seminar parenting beberapa tahun yang lalu, khusus buat ngobrolin pendidikan seksualitas kepada anak sesuai dengan tahapan usianya. Tapi memang kudu dicatat bahwa ngobrolin pendidikan seksualitas tidak tabu, namun kudu memilih kalimat yang tepat dan dengan bahasa yang sesuai dengan karakter anak. Pemahaman yang benar membuat anak tumbuh sesuai dengan fitrahnya.
ReplyDelete