Konten [Tampil]
Untuk menanamkan tanggung jawab pada anak tentu bukan hal yang bisa dilakukan dengan mudah. Seperti membalikkan lembaran kertas. Membutuhkan proses dan kesabaran dari kita selaku orang tua. Tidak hanya itu, orang tua juga perlu peka terhadap kondisi yang ada di sekitar, khususnya kondisi psikis anak-anak.
Saat akan menumbuhkan tanggung jawab pada mereka, orang tua perlu melakukan pendekatan kepada anak. Orang tua perlu memahami bahasa anak. Berbicara dari hati ke hati menggunakan bahasa mereka. Membawa anak-anak hanyut dalam diskusi juga menjadi cara menuju ke sana.
Dalam menumbuhkan tanggung jawab pada anak yang perlu orang tua perhatikan adalah tidak memaksa mereka. Kenapa demikian? Bukankah kalau tidak disuruh, tidak diperintah mereka tidak akan melakukan apa yang orang tua ingin tanamkan? Mungkin inilah yang akan menjadi jawaban ataupun pembelaan bagi orang tua ketika dianjurkan tidak memaksakan kehendak kepada anak.
Perlu kita pahami, mendidik anak yang masih kecil, masih dalam usia dini membutuhkan pendekatan khusus. Dalam berkomunikasi dengan mereka menggunakan bahasa yang sederhana. Bahasa yang mudah diterima dan bisa dimengerti oleh mereka. Memberikan penjelasan kepada mereka secara perlahan. Tidak dengan tempo yang cepat.
Orang tua, sebagai pendidik, sebagai panutan harus sadar bahwa anak kecil adalah anak yang cerdas. Ibarat kamera dia bisa menangkap setiap yang dilakukan orang tua dengan sekejap. Menyimpannya dalam memori otak. Mereka kemudian akan menirukan. Artinya apa? Orang tua harus menjalankan tanggung jawab sehari-hari untuk memberikan contoh kepada anak.
Seiring perjalan waktu mereka akan memahami mengapa orang tua melakukan ini dan itu. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan diri, mereka akan muncul rasa tanggung jawab.
Dalam menanamkan tanggung jawab anak, dalam keluarga saya menggunakan beberapa cara yang bisa digunakan. Semuanya berasal dari aktivitas sehari-hari dalam keluarga bersama anak-anak.
Suatu hari ada sampah bungkus makanan ringan bertebaran di mana-mana. Kemudian ada semut yang datang. Saya mengajak anak-anak untuk melihat kejadian ini.
Mengajak mereka diskusi. Menanyakan mereka, “Kenapa bisa ada semut ya?” Si Kakak menjawab, “Oh, ini, Yah. Ada bungkusnya permen.”
Saya lanjut menanyakan, “Biar tidak ada semut bagaimana ya?”. Mereka berdua langsung mengambil bungkus makanan, dan membuangnya ke tempat sampah. Giliran saya kemudian membersihkan bekas sampah.
Setelah itu, barulah mengajak mereka mengobrol bersama istri juga bahwa kalau selesai makan sesuatu, bungkusnya harus di buang ke tempat sampah. Nah itu namanya tanggung jawab.
Sepulang dari kegiatan mereka saya arahkan untuk menempatkan boneka horta di tempat yang aman namun bisa mendapatkan sinar matahari.
Selepas itu memberikan anak arahan untuk menyiramnya setiap pagi dan sore secara rutin. Mengajarkan mereka cara menyiram agar tidak terlalu banyak air. Karena masih anak-anak, kamipun berdiskusi kira-kita pakai apa menyiramnya. Mereka sepakat mencari mainan yang bisa digunakan untuk menyiram.
Mereka pun setiap hari melakukan kegiatan ini. Pun dengan menyiram bunga, mereka berebut untuk membantu saat saya menyiram bunga di halaman.
Hal ini tidak hanya akan membuat anak mengembalikan barang pada tempat, tapi akan memberikan pelajaran lain kepada anak, yaitu merawat apa yang dimilikinya dengan baik.
Orang tua bisa mengajak anak diskusi dan membuat set up routine bersama, misal kakak/adik bangun tidur harus apa? Setelah itu ngapain? Ayah atau bunda bantu dengan menuliskan di tabel. Berikan ornamen yang membuat semakin menarik. Misal gambar bangun tidur, gambar lagi bermain.
Sebagai contoh, setiap akan memasak, saya mengajak anak untuk mengambil beras dengan takaran. Biasanya saya menghitung bersama. Hari-hari berikutnya, saya minta tolong dia untuk mengambil. Setiap saya menyampaikan akan memasak nasi, dia pasti akan menawarkan diri untuk mengambil berasnya.
Contoh lain adalah saat makan bersama adiknya. Dia sudah seringkali mencoba untuk menyuapi adiknya. Pun saat mandi, sudah mengajak adiknya untuk mandi, bahkan suatu waktu saya mendapati dia memandikan adiknya. Si Kakak sekarang 5 tahun lebih, si adik 3 tahun lebih.
Satu lagi aktivitas yang otomatis dia lakukan yaitu ketika saya memandikan adik keduanya. Saat saya sounding mau memandikan adiknya, dia segera meninggalkan aktivitasnya. Menuju lemari pakaian si baby, mempersiapkan baju, celana, dan diapers, serta segala kebutuhan lain seperti minyak telon, minyak kayu putih, baby powder.
Sudah menjadi tugas orang tua untuk senantiasa sabar dan berproses, belajar bersama anak. Menanamkan tanggung jawab tidak berbicara tentang anak menjalankan apa yang orang tua perintahkan. Kalau seperti ini namanya anak patuh. Sedangkan ketika orang tua bisa membangun tanggung jawab anak, orang tua akan mendapati anak sudah menjalankan aktivitas diri dengan sendirinya.
Semoga lima cara membangun tanggung jawab pada anak ini bisa menambah literasi berhubungan dengan pengasuhan anak oleh orang tua. Tentunya juga menjadi bagian dari upaya kita sebagai orang tua produktif dalam memahami setiap proses perkembangan anak dan memahami kondisi emosional anak.
Dalam menumbuhkan tanggung jawab pada anak yang perlu orang tua perhatikan adalah tidak memaksa mereka. Kenapa demikian? Bukankah kalau tidak disuruh, tidak diperintah mereka tidak akan melakukan apa yang orang tua ingin tanamkan? Mungkin inilah yang akan menjadi jawaban ataupun pembelaan bagi orang tua ketika dianjurkan tidak memaksakan kehendak kepada anak.
Perlu kita pahami, mendidik anak yang masih kecil, masih dalam usia dini membutuhkan pendekatan khusus. Dalam berkomunikasi dengan mereka menggunakan bahasa yang sederhana. Bahasa yang mudah diterima dan bisa dimengerti oleh mereka. Memberikan penjelasan kepada mereka secara perlahan. Tidak dengan tempo yang cepat.
Orang tua, sebagai pendidik, sebagai panutan harus sadar bahwa anak kecil adalah anak yang cerdas. Ibarat kamera dia bisa menangkap setiap yang dilakukan orang tua dengan sekejap. Menyimpannya dalam memori otak. Mereka kemudian akan menirukan. Artinya apa? Orang tua harus menjalankan tanggung jawab sehari-hari untuk memberikan contoh kepada anak.
Seiring perjalan waktu mereka akan memahami mengapa orang tua melakukan ini dan itu. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan diri, mereka akan muncul rasa tanggung jawab.
A. Cara Membangun Tanggung Jawab pada Anak
Untuk membangun tanggung jawab pada anak, orang tua harus mengajarinya. Memberikan mereka contoh dan teladan. Sebagai orang tua bisa melakukan eksplorasi cara menumbuhkan tanggung jawab anak. Misal menggunakan momen saat sedang makan, sedang belajar, bermain, dan lain sebagainya.Dalam menanamkan tanggung jawab anak, dalam keluarga saya menggunakan beberapa cara yang bisa digunakan. Semuanya berasal dari aktivitas sehari-hari dalam keluarga bersama anak-anak.
1. Memberikan penjelasan kepada anak tentang tanggung jawab.
Anak akan bisa menangkap penjelasan kita jika didekatkan dengan kondisi yang terjadi di sekitar. Hal sederhana yang biasa dilakukan di rumah adalah membuang sampah pada tempatnya.
Suatu hari ada sampah bungkus makanan ringan bertebaran di mana-mana. Kemudian ada semut yang datang. Saya mengajak anak-anak untuk melihat kejadian ini.
Mengajak mereka diskusi. Menanyakan mereka, “Kenapa bisa ada semut ya?” Si Kakak menjawab, “Oh, ini, Yah. Ada bungkusnya permen.”
Saya lanjut menanyakan, “Biar tidak ada semut bagaimana ya?”. Mereka berdua langsung mengambil bungkus makanan, dan membuangnya ke tempat sampah. Giliran saya kemudian membersihkan bekas sampah.
Setelah itu, barulah mengajak mereka mengobrol bersama istri juga bahwa kalau selesai makan sesuatu, bungkusnya harus di buang ke tempat sampah. Nah itu namanya tanggung jawab.
2. Mengajari anak menunaikan tanggung jawab.
Membangun tanggung jawab pada anak tidak bisa langsung begitu saja. Kita perlu mengajari mereka. Mencari daya tarik mereka. Beberapa waktu lalu, anak-anak baru mengikuti kegiatan. Mereka mendapatkan boneka horta. Di dalamnya sudah ada benih rumput.
Sepulang dari kegiatan mereka saya arahkan untuk menempatkan boneka horta di tempat yang aman namun bisa mendapatkan sinar matahari.
Selepas itu memberikan anak arahan untuk menyiramnya setiap pagi dan sore secara rutin. Mengajarkan mereka cara menyiram agar tidak terlalu banyak air. Karena masih anak-anak, kamipun berdiskusi kira-kita pakai apa menyiramnya. Mereka sepakat mencari mainan yang bisa digunakan untuk menyiram.
Mereka pun setiap hari melakukan kegiatan ini. Pun dengan menyiram bunga, mereka berebut untuk membantu saat saya menyiram bunga di halaman.
3. Mengajarkan anak disiplin menaruh barang.
Ini terkadang menjadi drama tersendiri bagi anak dan orang tua. Semua pasti mengalami hal ini, namun dengan arahan dan juga pendekatan khusus dari orang tua anak akan mengerti dan mulai berbenah. Ajarkan anak untuk mengembalikan barang pada tempatnya supaya tidak kesulitan dalam mencari saat dibutuhkan.Hal ini tidak hanya akan membuat anak mengembalikan barang pada tempat, tapi akan memberikan pelajaran lain kepada anak, yaitu merawat apa yang dimilikinya dengan baik.
4. Mengajak anak set up routine
Set up routine atau membuat jadwal rutinitas harian yang harus dilakukan anak bisa juga loh menjadikan anak bertanggung jawab. Tidak perlu yang berat-berat, lakukan hal yang sederhana saja. Misal jam belajar, jam tidur, jam bermain, jam makan, dan jam mandi.Orang tua bisa mengajak anak diskusi dan membuat set up routine bersama, misal kakak/adik bangun tidur harus apa? Setelah itu ngapain? Ayah atau bunda bantu dengan menuliskan di tabel. Berikan ornamen yang membuat semakin menarik. Misal gambar bangun tidur, gambar lagi bermain.
5. Melibatkan anak ikut membantu aktivitas keluarga.
Buat ayah dan bunda yang memiliki anak lebih dari satu, ini bisa menjadi salah satu pilihan cara menanamkan tanggung jawab pada anak sejak dini. Libatkan anak untuk membantu orang tua membantu aktivitas di keluarga. Saat anak bisa membantu orang tua, terlebih sudah tahu di kemudian hari kalau mereka juga punya tanggung jawab itu, maka kita akan menjadi orang tua yang bahagia.Sebagai contoh, setiap akan memasak, saya mengajak anak untuk mengambil beras dengan takaran. Biasanya saya menghitung bersama. Hari-hari berikutnya, saya minta tolong dia untuk mengambil. Setiap saya menyampaikan akan memasak nasi, dia pasti akan menawarkan diri untuk mengambil berasnya.
Contoh lain adalah saat makan bersama adiknya. Dia sudah seringkali mencoba untuk menyuapi adiknya. Pun saat mandi, sudah mengajak adiknya untuk mandi, bahkan suatu waktu saya mendapati dia memandikan adiknya. Si Kakak sekarang 5 tahun lebih, si adik 3 tahun lebih.
Satu lagi aktivitas yang otomatis dia lakukan yaitu ketika saya memandikan adik keduanya. Saat saya sounding mau memandikan adiknya, dia segera meninggalkan aktivitasnya. Menuju lemari pakaian si baby, mempersiapkan baju, celana, dan diapers, serta segala kebutuhan lain seperti minyak telon, minyak kayu putih, baby powder.
B. Kesimpulan
Nah itu dia lima cara menumbuhkan tanggung jawab pada anak yang bisa dilakukan oleh orang tua. Semua membutuhkan proses yang tidak mudah. Ada kalanya berhasil ditanamkan dalam waktu singkat, ada pula yang membutuhkan energi lebih untuk menanamkan tanggung jawab pada anak.Sudah menjadi tugas orang tua untuk senantiasa sabar dan berproses, belajar bersama anak. Menanamkan tanggung jawab tidak berbicara tentang anak menjalankan apa yang orang tua perintahkan. Kalau seperti ini namanya anak patuh. Sedangkan ketika orang tua bisa membangun tanggung jawab anak, orang tua akan mendapati anak sudah menjalankan aktivitas diri dengan sendirinya.
Semoga lima cara membangun tanggung jawab pada anak ini bisa menambah literasi berhubungan dengan pengasuhan anak oleh orang tua. Tentunya juga menjadi bagian dari upaya kita sebagai orang tua produktif dalam memahami setiap proses perkembangan anak dan memahami kondisi emosional anak.
Informasi masih penting ini kak karena anak akan menjadi dirinya sendiri suatu saat nanti
ReplyDeleteDari sejak kecil memang bagus ni melibatkan anak dalam kegiatan dirumah, sehingga dia bisa terbiasa dengan hal2 tersebut :)
ReplyDeleteSaya pun mempraktekkan beberapa catatan disini, namun beda anak beda karakter juga. jadi kadang kalo 1 ada yang mangkir karena alasan tertentu, yang lain harus dikondisikan ulang. Dan konsisten adalah kunci
ReplyDeleteOrangtua sangat berperan penting dalam karakter anak. Pendidikan sejak dini ini mutlak dilakukan orangtua sendiri meski ada pembantu di rumah. Iya kalo pembantunya bagus dlm pendidikan karakter ya kak.
ReplyDeletelebih asyik lagi kalau ada tahapan mengenalkan tanggung jawab kepada anak berdasarkan usianya nih kang, jujur saya membutuhkan tipsnya untuk anak bungsu saya yang agak sulit "dikendalikan" apalagi untuk bertanggung jawab. usianya 5 tahun kang. berbeda dengan kakaknya yang sejak usia 3 tahun lebih mudah saya ajak untuk belajar bertanggung jawab. ya setiap anak memang beda karakter dan tantangan ya
ReplyDeleteKami juga sepakat mengajarkan anak untuk senantiasa bertanggung jawab sejak dini, tentunya sesuai dnegan usianya. Tips-tips di atas juga kami lakukan di rumah loh mas, walaupun ya gak selalu mulus hasilnya.
ReplyDeleteAda beberapa yang sudah saya praktekkan dan memang anak itu kalo sudah diajarin dengan kata-kata yang baik dan berminat cepat sekali bisanya :)
ReplyDeleteNah penting nih menanamkan nilai tanggung jawab kepada anak2 biar mereka selalu punya karakter yg baik
ReplyDeleteDiajari, sambil dicontohkan juga ya.
ReplyDeleteDengan begitu orang dewasa dapat menjadi inspirasi untuk anak² dalam bangun tanggung jawab
Wah bermanfaat bgt nih, apalagi punya anak toddler & TK. musti rutin menerapkan ini dan beri teladan juga. Tantangannya juga banyak, ga mudah. Tp semoga kelak mereka bertanggung jawab atas segala hal yg mereka lakukan ^^ biasanya kliatannya pas dewasa ya pak, skg usaha dulu
ReplyDeletePunya anak usia toodler emang harus ekstra saat menjaga dan merawat serta mengajarkan kebiasaan2 baik biar dia terbiasa melakukan kebiasaan baik sampai kapanpun
ReplyDeleteAku belum menikah, tapi suka cari tau ilmu parenting yang seperti ini, biar gak kaget kedepannya. Dari ke-5 cara yang telah dijabarkan akan aku coba untuk terapkan ke ponakan - ponakan ku
ReplyDeletemendidik anak memang harus dari usia dini, memberikan contoh-contoh yang baik biar bisa diingat hingga tua
ReplyDeletePenting banget memang membangun tanggung jawab anak sejak dini. supaya nanti ia terbiasa untuk mandiri dan lebih empati saat besar nanti
ReplyDeleteLagi melatih anak tentang tanggung jawab, apalagi usianya yang mau 5 tahun. Baca tulisan Ayah Ugi jadi pengingat banget. Terima kasih
ReplyDeleteanak kecil memang sebaiknya diajarkan tanggung jawab sejak dini yaa, agar saat dewasa nanti ia menjadi orang yang bertanggungjawab
ReplyDeletePendidikan karakter itu penting dan harus dilakukan sejak dini. Lima langkah membentuk anak yang bertanggung jawab ini sangat tepat untuk diejahwantahkan oleh para ortu di zaman globalisasi seperti sekarang
ReplyDeleteAku juga tengah menerapkan tanggung jawab kecil buat anakku ABK ku, artikel ini membantu mengarahhkan
ReplyDeletemembangun kebiasaan mengatur waktu ini yang paling menantang, sy juga sedang dalam proses menerapkan ke anak-anak
ReplyDeleteAnak saya juga berusaha saya ajarin tanggungjawab. Walau kadang mukanya merengut. Walau kadang dia lupa, xixixi.
ReplyDeletePada akhirnya anak akan memiliki tanggung jawabnya masing-masing kelak. Kalau nggak diajarkan sejak anak-anak akan sulit nantinya.
ReplyDeleteDan emang nggak mudah sih. Tapi bukan berarti nggak bisa ya.
Sering melibatkan anak dalam kegiatan kita sehari-hari juga bisa mengajarkan dan menanamkan anak nilai tanggung jawab ya, pak. Intinya jadi teladan..
ReplyDeleteSetuju kak, anak memang harus diajak sejak usia dini untuk belajar bertanggung jawab dan kita sebagai role modelnya. Karena anak meniru apa yang orangtuanya lakukan
DeleteMembangun tanggung jawab ini memang harus diberikan contoh dan diajak untuk melakukannya sejak kecil. Agar anak terbiasa dan paham tentang tanggung jawab itu.
ReplyDeleteMendidik anak untuk berperilaku disiplin memang butuh pendekatan khusus yg seduai dengan karakteristik anak. Thankyou for sharing ayah Ugi.
ReplyDeleteAku sebagai ibu dengan anak-anak yang masih balita cara seperti ini memang works banget. Tapi sekali lagi ini ga mudah, banyak kejutan dan tantangan besar di dalamnya, dan pastikan stock sabar yang banyaak juga ya Pak.
ReplyDeleteIntinya anak itu meniru sih, orangtua sebagai role model harus menampilkan yang layak d contoh. Kadang masih sulit sih.
ReplyDeleteTanggung jawab emang harus diajarkan dan dibiasakan dri kecil ya, supaya jdi habits hingga dewasa. Peran orang tua sangat besar dalam memberi contoh langsung
ReplyDeleteBener banget Pak, anak wajib dibangun rasa tanggung jawab sedari kecil. Mendidik anak emang butuh kesabaran ya, Pak. Semangat, Parents!
ReplyDeleteInsightfull banget kak tulisannya, terimakasih banyak, kebetulan aku juga lagi cari informasi nih tentang cara mendidik anak
ReplyDeleteini juga ilmu yg bisa kugunakan nanti klo dah berumah tangga hehe nice bgt k informasi sharingnya
ReplyDeleteSaya juga belajar bertahap untuk melibatkan anak-anak dalam aktivitas di keluarga, seneng rasanya mereka belajar ikut bertanggung jawab sebagai salah satu anggota keluarga
ReplyDeleteKeren ini jurus2nya pak, semoga bisa menerapkan di rumah untuk anak2
ReplyDeleteWah cocok nih ulasannya, pas banget lagi butuh ilmu ini buat anak-anak. Bismillah coba praktekkan pelan-pelan.
ReplyDeleteUntuk set up routine ini butuh kesabaran yg ekstra untuk kita mengajarkannya ya.. Dan harus dilatih agar jadi kebiasaan yg baik..
ReplyDeleteMelatih tanggungjawab memang hal yang harus dilatih sejak kecil ya. Biar kelak jadi kebiasaan positif dan mendarah daging saat sudah dewasa.
ReplyDeletewah keren nih pak ulasannya, terkadang kita sebagai orangtua kurang jeli melihat ini. Makasih banyak atas ulasannya ya pak.
ReplyDelete