Bermula dari keinginan untuk kembali membaca beberapa ulasan di Kelas Online Cerpen dan Novel Forum Lingkar Pena, saya serasa diberikan petunjuk untuk bisa menimba ilmu langsung dari orang-orang terpilih dengan karyanya yang banyak menginspirasi. Saat berselancar inilah saya kemudian dipertemukan dengan sebuah flyer tentang Parade Gagasan Literasi untuk Indonesia. Tanpa berpikir lama saya langsung melakukan registrasi pada link yang disediakan panitia. Setelah beberapa kali menanti, waktu yang ditunggu - tunggupun tiba.
Sungguh akhir pekan yang sangat berkesan dan penuh ilmu di dalamnya. Ada rasa bangga dapat bergabung dalam acara yang dihelat Forum Lingkar Pena yang bertujuan membumikan gerakan literasi dengan menyelenggarakan Parade Gagasan Literasi untuk Indonesia secara virtual berbasis zoom dan youtube yang diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai penjuru tanah air bahkan dari luar negeri.
Parade Gagasan Literasi Untuk Indonesia
Foto diambil oleh Sugianto |
Parade Gagasan Literasi merupakan rangkaian kegiatan silaturrahim nasional FLP 2020. Silaturrahiim Nasional diselenggarakan satu tahun sebelum pelaksanaan Munas FLP. Di dalamnya membahas tentang pemantapan pelaksanaan Munas yang akan diselenggarakan pada 2021.
Parade Gagasan
Literasi untuk Indonesia yang dilaksanakan secara virtual pada 29 November 2020
menjadi kesempatan yang luar bisa. Dihadiri para penulis ternama dengan karya –
karya yang menginspirasi banyak orang.
Foto diambil oleh Sugianto |
Acara dibuka
dengan pembacaan ayat suci Al Quran dan dilanjutkan dengan sambutan oleh Ketua
Umum FLP. Dalam sambutannya, Afifah Afrah sangat bersyukur atas
terselenggaranya acara yang berkualitas, luar biasa karena dapat mengumpulkan
dan menghadirkan para senior FLP, yang karya-karyanya sudah diakui. Ia mengutip apa yang disampaikan oleh Ketua Ikapi, Aris Hilman bahwa untuk
membumikan literasi bukanlah pekerjaan mudah.
Acara inti
kegiatan ini dibagi menjadi tiga sesi yang mana setiap sesi memiliki tema
tersendiri.
1. Transformasi Media pada Bahan Literasi Anak (Ali Muakhir)
Ali Muakhir adalah seorang penulis cerita anak yang telah banyak menghasilkan karya cerita anak. Karyanya sangat membantu para orang tua dalam menyediakan bahan literasi bagi anak-anak di rumah. Kang Ali, sapaan akrabnya, pada kesempatan ini sesuai dengan yang passion-nya di dunia anak-anak membahas tentang Transformasi Media pada Bahan Literasi Anak. Kang Ali mengulas dengan santai dan mendalam tentang apa transformasi dan literasi, bahan literasi dan bahan literasi anak, pentingnya transformasi pada bahan literasi anak, dan bentuk transformasi bahan literasi pada anak.
Editor dan
konsultan penerbitan ini juga mengemukakan beberapa alasan mendasar mengapa perlu
transformasi pada bahan literasi anak yang meliputi:
- Zaman telah berubah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat, dan anak-anak saat ini sudah lekat dengan gadget, sehingga membutuhkan bahan tontonan, pembelajaran yang bersifat virtual, audio visual.
- Perkembangan pesat metode pembelajaran, dimana saat pandemi semua aktivitas, metode pendidikan, berubah menjadi berbasis online.
- Saat ini teknologi berada dalam genggaman tangan.
- Tidak ada lagi batas tempat, ruang, dan waktu.
- Kemampuan anak lebih optimal. Dengan adanya pilihan bahan literasi anak yang tepat akan mengoptimalkan kemampuan mereka, karena tidak semua yang tersaji dalam dunia internet itu benar.
2. Menulis Untuk Menyembuhkan ( Setiawati Intan Savitri)
Foto screenshot materi narasumber |
Materi yang tak kalah menarik dari sebelumnya yaitu Menulis Untuk Menyembuhkan. Dr. Setiawati Intan Savitri, M.Si. dalam presentasinya memaparkan bahwa menulis dapat dijadikan sebagai media terapi. Mengapa demikian, karena dengan menulis, seseorang yang mempunyai masalah berarti memproses emosinya dengan bercerita melalui menulis, sehingga masalah tidak disimpan dan tidak menambah beban psikologis.
Pemilik nama pena
Izzatul Jannah ini juga memaparkan bahwa bercerita dan menulis cerita
memiliki efek membuka diri, mencurahkan perasaan dan pikiran (Prosesing Emosi),
eksternalisasi masalah, menemukan sebab-akibat, berpikir secara runtut,
terstruktur, mengaktifkan metakognisi (berpikir atas aktivitas berpikir),
menemukan makna/solusi.
Penulis yang sudah menekuni menulis sejak 2001 ini menekankan pada para penulis untuk aware bahwa menulis harus memberikan manfaat, menulis harus memiliki nilai-nilai tertentu. Ia menambahkan bahwa penulis adalah profesi yang unik, yang jika dilakukan dengan benar dapat memberikan dampak kesehatan baik kesehatan mental maupun kesehatan finansial. Gimana menarik bukan menjadi penulis? Ingat pesan bunda ya, menulis memberikan manfaat dan memiliki nilai-nilai.
Foto screenshot materi narasumber |
Cara agar menulis dapat menyehatkan mental adalah dengan meluweskan diri. Hal yang bisa dilakukan dengan menuangkannya dalam bentuk tulisan dengan menggunakan beberapa point of view (POV) seperti POV orang pertama (Saya, Aku), POV orang kedua (Kamu, Kau), dan POV orang ketiga (Dia, Nama Tokoh). Misal, seseorang memiliki masalah dan dia menggunakan POV orang pertama yaitu saya atau aku. Nah, sebenarnya saat menuangkannya dalam cerita, si penulis melakukan self distancing yang akan memberikan self distancing effect (efek menjaraki diri) yaitu emosi menjadi berkurang intensinya.
Setelah pemaparan
dari dua nara sumber pada sesi pertama, acara dilanjutkan dengan tanya jawab.
Menariknya materi yang disampaikan membuat chatbox baik pada zoom maupun
youtube dibanjiri oleh banyak pertanyaan peserta.
3. Strategi Kreatif Pembelajaran Apresiasi Sastra Secara Daring (Helvi Tiana Rosa)
Foto screenshot materi narasumber |
Helvi Tiana Rosa, sebagai pemateri ketiga tampil dalam parade membahas tentang Strategi Kreatif Pembelajaran Apresiasi Sastra Secara Daring. Materi ini sangat pas dengan beliau yang memiliki latar belakang sebagai Dosen di Fakultas Bahasa dan Seni UNJ. Selain sebagai pengajar, penulis 65 buku dan Founder Forum Lingkar Pena ini juga pernah duduk di Dewan Kesenian Jakarta, Majelis Sastra Asia Tenggara, dan Komisi Seni Budaya MUI.
Penulis yang meraih banyak penghargaan ini memulai sesinya dengan memaparkan makna sastra bagi dirinya. Dengan gaya puitisnya, beliau menyampaikan:
"Sastra itu cinta"
“Sastra adalah kehidupan. Belajar sastra adalah belajar kehidupan."
Sesuai dengan judul, Strategi Kreatif Pembelajaran Apresiasi Sastra Secara Daring, ia membahas dengan mengulas kembali tujuan pembelajaran sastra dan manfaat belajar sastra dan tingkatan apresiasi sastra. Ia mengemukakan bahwa ada beberapa tingkatan apresiasi sastra, yaitu
- Menggemari
- Menikmati
- Bereaksi
- Berkreasi
Mengajar adalah seni, sehingga dalam pembelajaran sastra seorang pengajar harus mampu memunculkan kreativitas, dan keterampilan.
Masih banyak lagi pembahasan yang dipaparkan oleh perempuan yang menjadi 1 dari 20 tokoh Indonesia yang masuk dalam daftar 500 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh di Dunia 2020/2021 versi RISSC Jordan. Mulai dari strategi pembelajaran sastra di era pandemi, cara mengakrabi sastra zaman now dan mengajarkan apresiasi sastra.
Penulis yang
karyanya banyak diterjemahkan dalam bahasa asing dan difilmkan ini juga
menuturkan bahwa pembelajaran apresiasi sastra membutuhkan banyak kreativitas.
Ia mengungkapkan
bahwa hasil pembelajaran apresiasi sastra dapat dijadikan konten positif yang
bisa menjadi cikal bakal munculnya industri kreatif. Dia memberikan contoh
bagaimana puisinya menjadi musik. Ia juga memberikan contoh bagaimana
"Hayya" bisa menjadi Novel, Musik, Puisi, bahkan Film.
Ada kalimat luar
biasa yang diutarakan oleh Helvi Tiana Rosa di akhir presentasinya, yaitu:
Mengajar adalah sebuah pertunjukkan yang harus menarik, dan disampaikan sepenuh cinta!
Cinta sama dengan sastra: membutuhkan apresiasi, kreasi dan ekspresi.
4. Prinsip dan Karakter Sastra Islami (Habiburrahman El Shirazi)
Kang Abik saat menjadi narasumber dalam parade gagasan literasi |
Parade Gagasan Literasi berikutnya mengangkat tema Prinsip dan Karakter Sastra Islami. Sosok yang didapuk untuk menjabarkan sastra dengan tema tersebut adalah Habiburrahman El Shirazy. Siapa yang tak mengenal novelis satu ini. Karyanya diminati banyak orang dan banyak kalangan. Novel-novelnya mendapatkan tempat tersendiri dihati pembaca, terlebih saat novel-novel tersebut disajikan dalam bentuk film yang sangat menarik perhatian masyarakat. Diantara karyanya yang fenomenal adalah Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2, dan Dalam Mihrab Cinta, serta banyak karya lain yang dihasilkannya dan menjadi media syiar islam.
Foto screenshot materi narasumber |
Dalam pembahasan
Prinsip dan Karakter Sastra Islami, dai sekaligus sutradara yang akrab disapa
Kang Abik ini memaparkan sebelas karakter tulisan islami, diantaranya:
- Sastra Rabbani.
- Sastra yg komitmen pada Islam.
- Sastra yang komprehensif dan universal.
- Sastra yang seimbang dan proporsional.
- Sastra yang manusiawi.
- Sastra yang sadar sepenuhnya.
- Sastra akhlak mulia dan fitrah yang lurus.
- Sastra yang bertujuan baik dan membangun.
- Sastra yang terang dan jelas.
- Sastra yang inklusif dan inovatif.
- Sastra yang realistis.
Dalam
penjelasannya peserta seakan diajak untuk bersama-sama kembali melihat sejarah
islam. Kang Abik dalam acara ini betul - betul membuka mata dan telinga serta hati peserta tentang sejarah sastra islami. Lulusan Universitas Al Azhar , Kairo - Mesir ini menguak sebuah peristiwa sastra islami yang sangat dahsyat yang tak ada tandingannya, yaitu peristiwa
turunnya Al Quran.
5. Writers in Residence (Asma Nadia)
Asma Nadia saat berbagi pengalaman sebagai Writers in Residence |
Semua orang pasti memiliki impian untuk keliling dunia. Bagaimanapun caranya semua pasti akan berusaha untuk mencapainya dengan menjalani prosesnya sendiri. Dalam parade gagasan literasi ini juga membahas tentang Writers in Residence. Materi ini disampaikan oleh Asma Nadia, salah satu penulis kawakan di FLP. Dalam sesinya
pemilik karya "Assalamu'alaikum Beijing" ini banyak menceritakan perjuangan
dan pengalamannya dalam program Writers in Residence di berbagai negara seperti
Korea, Swiss, Barcelona, dan Hongkong.
Pengalaman yang
diimpikan oleh banyak penulis untuk bisa keliling dunia. Bergabung dengan
artis, dan seniman dari berbagai negara dalam satu forum.
Berhubungan dengan Writers in Residence, penulis cerpen dan novel ini memberikan informasi kepada para penulis untuk mempersiapkan sebaik mungkin dengan membuat membuat portofolio karya, mencari karya terbaik dan menterjemahkannya agar dapat dibaca tidak hanya oleh orang Indonesia, dan yang juga menjadi bagian penting adalah memastikan program yang diikuti benar-benar tidak membayar.
Pemilik nama Asmarani Rosalba juga berpesan kepada para penulis untuk dapat menyerap banyak hal saat mengikuti program dan berusahalah untuk mengerti keadaan dimana kita berada dan dengan siapa disana. Temukan banyak pelajaran saat berada di negeri orang, gunakan waktu sebaik mungkin untuk dapat menggali sebanyak mungkin informasi baik dari cerita, mengamati kebiasaan atau budaya masyarakatnya, dan lain sebagainya.
Ia memberikan semangat kepada para penulis untuk terus berkarya, menghasilkan karya terbaik, karena tidak ada yang tahu karya mana yang menjadi jalan sukses. Diakhir
sharing-nya beliau menyampaikan kepada penulis yang berkesempatan untuk mengikuti
program ini untuk menjaga nama baik negara, agama, citra dan nama baik penulis lain dengan menunjukkan
sikap yang baik, dan bersahaja. Terlebih sebagai penulis muslim.
6. Literasi dan Pop Culture
Foto screenshot materi narasumber |
Literasi dan Pop Culture adalah materi keenam
dalam Parage Gagasan Literasi. Tema ini disampaikan oleh Sinta Yudisia, S.Psi. M.Psi Psikolog. Penulis kelahiran Yogyakarta
pada 1974 silam ini pada kesempatan yang luar bisa tersebut banyak membicarakan tentang budaya dari negara yang dikunjunginya. Psikolog
satu ini juga sudah menjejakkan kakinya ke beberapa negara seperti Maroko, Gaza, Jepang dan Korea.
Dengan menjadi penulis dan meniatkan sebagai dakwah, maka setiap huruf akan menjadi doa kepada Allah. Tancapkan niat mulai sekarang impian yang besar bukan sekedar ke Korea, namun jika Allah berkehendak bisa menjadi Peraih Nobel.
Sungguh sebuah bait indah yang menguatkan hati setiap yang membacanya.
Pada sesi ini beliau banyak membahas tentang Korea dan Jepang. Mengapa demikian, karena ini salah satu konsen beliau, mengamati budaya-budaya Korea dan Jepang. Tak hanya menikmati karya tulis karya penulis top di kedua negara tersebut, namun juga mempelajari bagaimana budaya pada kedua negara tersebut.
Ia mencontohkan bagaimana K-POP yang saat ini begitu popular di masayrakat Indonesia, khususnya kalangan millenial. Ia memaparkan bahwa untuk mengetahui kesuksesan suatu negara sebagai penulis harus memperbanyak wawasan. Misal penulis ingin mempelajari tentang Korea, maka jangan hanya mencari K-Pop nya karena lagi naik daun, namun carilah buku-buku yang dapat menambah insight. Pelajari bagaimana Korea bisa maju dalam berbagai aspek, baik budaya, teknologi, musik, film.
Ketika berada di Korea, Bunda Sinta banyak mengamati kebiasaan masyarakatnya. Dari pengamatannya dia menemukan sesuatu yang berharga yaitu kebiasaan membaca. Orang-orang di negeri ginseng ini memiliki kebiasaan selalu membawa dan membaca buku meskipun di luar rumah.
Foto screenshot materi narasumber |
Ia mencontohkan kondisi yang ada di Korea. Disana terdapat mall besar yaitu SM Town, yang merupakan salah satu destinasi baik turis lokal maupun mancanegara. Ada hal menarik di mall ini, dimana di dalamnya terdampat perpustakaan dua lantai dengan puluhan ribu koleksi buku. Starfield Library ini dapat diakses dengan mudah dan wisatawan bisa masuk secara gratis.
Bisa dibayangkan bagaimana perhatian negara ini terhadap literasi, hingga di mall pun terdapat perpustakaan megah dengan koleksinya yang luar biasa. Bunda Sinta menyampaikan, bahwa pengunjung yang mengunjungi mall pasti juga akan mengunjungi perpustakaan ini, entah mereka turis, anak muda yang lagi memadu asmara, siapapun itu mereka akan memegang buku dan membacanya.
Bagaimana penulis 22 Novel ini bisa menjejakkan kakinya di Korea, apa yang bisa mengantarkannya ke negeri ginseng ini? Cerpen. Ya, sebuah cerpen tentang korea yang dia tulis dalam waktu sudah cukup lama. Namun cerpen lama tersebut ternyata lolos dalam seleksi dan mengantarkannya ke negerinya Hun Bin salah satu aktor dalam Hallyu.
Untuk itu dia mengajak seluruh penulis untuk terus berkarya, semakin bersamangat ketika mendapatkan kritik, dan mulailah memiliki rencana untuk dapat menggapai impian. Karena tanpa rencana impian yang akan dicapai akan tinggal angan belaka.
Juara nasional IBF Award untuk Novel Terbaik pada 2019 ini menyampaikan beberapa poin yang harus dimiliki oleh penulis, diantaranya :
- Menjaga niat karena Allah.
- Berusaha untuk senantiasa fokus.
- Miliki intermediate target, pelajari hal-hal yang dapat mendukung kesuksesan.
- Berbesar hati dalam menerima kritik, karena kritik bukanlah sebuah bencana.
7. 7. Traveling dan Budaya Literasi Global
Foto screenshot materi narasumber |
Tema Traveling dan Budaya Literasi Global merupakan materi literasi terakhir dalam rangkaian Parade Gagasan Literasi untuk Indonesia. Dewan Pertimbangan FLP 2017-2021, Rahmadiyanti Rusdi hadir secara khusus untuk memberikan penjelasan tentang beberapa pokok bahasan yaitu:
1. Sastra Perjalanan
Sastra perjalanan merupakan jenis sastra yang berusia hampir sama dengan karya sastra itu sendiri. Dalam penjabarannya dia menerangkan linimasa berisi karya - karya luar biasa dari para penulis pada setiap zamannya.
Dalam presentasinya dia menyebutkan bahwa sastra perjalanan ini berkembang pesat ketika bangsa - bangsa Barat melakukan dan eksplorasi ke berbagai belahan dunia untuk berbagai kepentingan seperti petualangan, perdagangan, hingga kolonialisme.
2. Perjalanan Sastra
- Hamka dengan karyanya Di tepi sungai Dajlah, 4 bulan di Amerika, dan Tafsir Al Azhar.
- Hatta dengan karya Indonesia Vrij.
- Soekarno dengan karyanya berupa pidato menentang kolonialisme dan imperialisme yaitu Indonesia Menggugat.
- Mochtar Lubis dengan karyanya Catatan Subversif.
- Pramoedya A. Toer dengan karyanya Tetralogi Pulau Buru.
Acara Parade ini ditutup dengan launching Majalah Forum Lingkar Pena, Aplikasi Rumah Cahaya Forum Lingkar Pena yang dapat diunduh di app store, dan yang tak kalah mengesankan yaitu launching Komite FLP untuk Palestina yang bertujuan untuk menggaungkan kepedulian dan keberadaan Palestina dalam berbagai aspek melalui literasi.
Menikmati pemaparan setiap pemateri yang memiliki keunikan masing-masing menjadikan peserta tidak merasa bosan dan monoton. Seperti menikmati sebuah sebuah film yang luar biasa, berpindah dari satu adegan ke adegan lain. Menjadikan setiap yang menikmati enggan berpindah dan meninggalkan kursi walau sejenak.
Sangat bersyukur bisa hadir ditengah-tengah penulis dengan dedikasi yang totalitas dalam dunia literasi. Setiap pribadi saling melengkapi informasi, saling menguatkan untuk dapat mewujudkan mimpi. Semoga diberikan kekuatan untuk mengikuti jejak mereka, yang secara optimal menggali potensi untuk menguatkan prestasi yang senantiasa menghadirkan inspirasi.
Saya yang belum menjadi anggota Forum Lingkar Pena, selalu dibuat terkesan dengan acara-acara yang diadakan, baik seminar, maupun kelas-kelas online. Setelah Parade Gagasan Literasi, sayapun mencoba menguatkan diri, memantapkan diri untuk dapat belajar lebih dalam dunia kepenulisan bersama Forum Lingkar Pena.
Forum Lingkar Pena terus konsisten menebar kebermanfaatan yaa
ReplyDeletesukaakk banget dgn program2nya
Maju terus FLP!
Betul sekali. Selalu ada hal baru dalam dunia literasi yang kontributif.
DeleteSemangat terus belajarnya mbak. Salut sama Forum Lingkar Pena, selalu solid! Sejak usia sekolah dulu, saya udah suka sama buku-buku hasil karya para anggota FLP. Gak nyangka, sampai sekarang pun FLP tetap eksis yaa
ReplyDeleteSetuju kak, semakin kesini semakin memberi manfaat juga.
DeleteSeru banget yah acara virtual Literasinya, aq setuju soal menulis adalah menyembuhkan, Bener2 healing terapi
ReplyDeleteyang kisah bisa ke korea karena cerpen, duh itu inspiratif banget kak
ReplyDeletewah pematerinya keren keren
ReplyDeleteFLP gitu lho
Saya pernah ikut salah satu seminarnya, materinya masih nempel di otak sampai sekarang :)
gimana yaa kak cara gabung FLP di kota terdekat? pengen dehh jadi bagian literasi sekeren inii. suksed selalu ayahugiii
ReplyDeletedulu ada sastrawan di kotaku yg bilang, penulis kok sukanya rame2. kita ini mandiri, blablabla. ternyata FLP membuktikan, bs kok penulis berkomunitas, bahkan panjang umur sampe skrg. org2 hebat yg namanya ada di atas itu. salut!
ReplyDeleteBaru tahu ada cara keren itu, Mas. Diisi pemateri ang kompeten dan andal. Aku baca karya Afifah Afra memang bagus, Helvy sih yang buku puisi, Kang Abik, dan Asma. Setuju bahwa membumikan literasi bukan perkara gampang. Kudu konsisten, telaten, dan pantang menyerah. Paling penting ya kolaborasi dalam komunitas kayak FLP gini. Semoga FLP makin menginspirasi!
ReplyDeleteKeren ya. Saya setuju dengan yg nomor dua kak, menulis untuk menyembuhkan. saya juga merasa bahwa menulis bisa utk meluapkan emosi sehingga beban di hati dan kepala bisa berkurang. Tha k informasinya ya, menginspirasi
ReplyDelete